Sapi impor
Ekbis

25.000 Ekor Sapi Indukan Asal Australia Telah Masuk RI hingga Juli 2025

Channel9.id, Jakarta – Hingga Juli 2025, Indonesia telah mengimpor sebanyak 25.097 ekor sapi indukan dari Australia. Angka ini merupakan bagian dari target ambisius pemerintah untuk mendatangkan 150.000 hingga 200.000 ekor sapi indukan pada tahun ini, dalam rangka mendukung percepatan produksi nasional daging dan susu.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kementan), Agung Suganda, menyampaikan bahwa ribuan sapi tersebut diimpor oleh sekitar 100 perusahaan swasta yang telah berkomitmen untuk berkontribusi terhadap program tersebut.

“Sampai saat ini, jumlah sapi indukan yang telah direalisasikan mencapai 25.097 ekor,” kata Agung saat ditemui di Cikarang, Jawa Barat, Senin (14/7/2025).

Beberapa perusahaan seperti Greenfields dan PT Global Dairi Alami (GDA) termasuk di antara pihak swasta yang ikut serta, termasuk perusahaan penggemukan sapi (feedloter). Pemerintah juga mendorong pelaku industri pengolahan susu untuk berpartisipasi dalam impor sapi hidup melalui skema joint shipment.

Sejak awal tahun, Kementan memang telah menggalang peran sektor swasta guna memperkuat ketahanan pangan sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap impor daging dan susu. Upaya ini dilakukan tanpa menggunakan anggaran negara (APBN).

Agung menyebut pencapaian saat ini cukup signifikan, mengingat sebelumnya Indonesia hanya mampu mengimpor sekitar 6.000 ekor sapi indukan per tahun—dan itu pun menggunakan APBN.

“Sekitar tahun 2003, impor sapi indukan tertinggi hanya sekitar 6.000 ekor. Sekarang, tanpa APBN, kita sudah lima kali lipat dari jumlah tersebut,” ujarnya.

Meski begitu, Agung mengakui bahwa proses pengadaan sapi hidup dari luar negeri menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya adalah masalah ketersediaan dan akses lahan. Menurutnya, tumpang tindih aturan membuat investor kesulitan menyewa lahan untuk usaha peternakan, yang dikenal berisiko tinggi dan memiliki waktu pengembalian modal (ROI) yang panjang.

Tantangan lain datang dari sisi sumber daya manusia. Agung mengungkapkan tidak mudah mencari mitra yang mampu mengelola peternakan dengan baik. Oleh sebab itu, pemerintah terus mengupayakan penyediaan lahan dan menggandeng peternak lokal yang sudah berpengalaman.

Dari sisi pasokan, Australia hingga kini masih menjadi satu-satunya negara asal sapi impor. Namun, persaingan antarnegara untuk mendapatkan pasokan dari Australia kerap menjadi kendala.

“Negara sumber kita saat ini masih Australia. Tapi di sana pun rebutan, karena bukan hanya kita yang mengimpor, tapi juga negara lain,” jelas Agung.

Guna memperluas sumber pasokan, sejak Mei 2025 Indonesia telah membuka opsi impor dari Brasil dan Amerika Serikat, baik untuk sapi perah maupun sapi potong. Namun, langkah ini menuntut upaya ekstra dari pemerintah untuk menarik minat investor agar mau membawa sapi dari dua negara tersebut.

“Kita tinggal mencari investornya. Karena untuk menjalankan sesuatu yang baru, tentu dibutuhkan kemitraan dan kolaborasi yang kuat,” pungkas Agung.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

87  +    =  90