Channel9.id-Jakarta. Semakin Banyak Penjahat Siber yang Andalkan Telegram
Sudah bertahun-tahun penjahat siber menggunakan Telegram, karena pesan di aplikasi ini terenkripsi dan mudah diakses. Baru-baru ini, didapati bahwa penggunaan Telegram oleh mereka melonjak hingga 100% lebih, demikian Financial Times melaporkan. Fakta ini berdasarkan hasil penyelidikan terbaru dari Financial Times dan kelompok intelijen siber Cyberint.
Disebutkan bahwa peningkatan aktivitas penjahat siber di Telegram terjadi setelah WhatsApp mengubah kebijakan privasinya, yang kontroversial.
Sebagai pengingat, di awal tahun ini, WhatsApp memaksa penggunanya untuk menerima kebijakan privasi terbarunya. Adapun kebijakan ini memungkinkan layanan pesan instan ini berbagi data dengan induknya, Facebook. Hal ini kemudian mendorong para pengguna WhatsApp bermigrasi ke aplikasi lain yang serupa namun dinilai lebih aman, misalnya Telegram. Tampaknya hal ini turut menyebabkan peningkatan aktivitas kriminal yang dilakukan di Telegram.
Menurut para penyelidik, ada jaringan besar peretas yang berbagi dan menjual data di saluran dengan puluhan ribu pelanggan. Frasa “Email:pass” dan “Combo” di platform dilaporkan meningkat empat kali lipat dalam setahun terakhir. Beberapa data bocor yang beredar di platform berisi 300.000 hingga 600.000 kombinasi email dan kata sandi untuk game dan email. Penjahat siber juga memperjualbelikan informasi terkait keuangan, seperti nomor kartu kredit, salinan paspor, dan alat peretasan.
“Layanan pesan terenkripsi semakin populer di kalangan penjahat siber, yang melakukan aktivitas penipuan dan menjual data curian … karena lebih nyaman digunakan daripada dark web,” terang Tal Samra, analis ancaman siber di Cyberint, dikutip dari Engadget (18/9).
Selain lebih nyaman daripada web gelap, sambung Samra, Telegram juga cenderung tak diawasi oleh pihak berwenang.
Sementara itu, Telegram telah menghapus saluran yang menjual data, seperti email dan kata sandi—setelah Financial Times melaporkan. Telegram juga mengatakan bahwa mereka punya kebijakan untuk menghapus data pribadi yang dibagikan tanpa persetujuan. Pun menyebutkan bahwa mereka punya moderator profesional yang terus bertambah, yang bisa menghapus 10.000 komunitas per hari karena melanggar kebijakannya. Sebelumnya, moderator tersebut memantau ratusan saluran untuk mengawasi seruan kekerasan setelah serangan di Capitol Amerika Serikat.
(LH)