Facebook Kacaukan Data Peneliti Platformnya
Techno

Facebook Kacaukan Data Peneliti Platformnya

Channel9.id-Jakarta. Facebook diam-diam mengubah Umpan Berita atau News Feed yang dianggap “mengganggu” oleh alat berbasis browser, yang digunakan oleh para jurnalis dan peneliti. Demikian laporan dari The Markup, organisasi berita nirlaba di belakang Citizen Browser.

Menurut laporan itu, Facebook menambahkan “kode sampah ke fitur HTML yang dimaksudkan untuk meningkatkan aksesibilitas bagi pengguna tunanetra.” Adapun kode yang dihasilkan mencegah browser mengumpulkan data secara otomatis terkait unggahan di News Feed, dan bahkan mungkin juga menghalangi layar yang digunakan oleh pengguna tunanetra.

Perubahan tersebut tentu memengaruhi Citizen Browser-nya The Markup, demikian pula pada Pengamat Iklan dari Universitas New York. Adapun ekstensi browser tersebut telah diandalkan oleh para peneliti untuk mempelajari iklan politik dan misinformasi tentang vaksin COVID-19.

Jenis alat berbasis browser itu memang sangat penting bagi peneliti yang ingin mempelajari masalah seperti penargetan iklan dan misinformasi. Para peneliti mengatakan bahwa alat tersebut—yang memungkinkan pengguna platform memperlihatkan unggahan mereka kepada akademisi dan jurnalis—adalah satu-satunya cara untuk mengakses data penting dan memastikan cara kerja News Feed.

Laura Edelson, pemimpin penelitian di Keamanan Siber NYU untuk Democracy—yang tergabung di Ad Observer, mengatakan bahwa perubahan Facebook akan mengacaukan penelitian iklan, kendati mereka mencari solusi lain.

Selain itu, ada dampak lain dari perubahan kode tersebut. Seperti yang ditunjukkan oleh The Markup dan Edelson, perubahan tersebut bisa memengaruhi pembaca layar, sebuah teknologi aksesibilitas yang penting. Mereka menunjukkan, setidaknya ada satu kode yang bisa menyebabkan pembaca layar membacakan beberapa karakter “sampah” ini. Perubahan ini mungkin juga menyebabkan masalah pada pemblokir iklan.

Sementara itu, juru bicara Facebook mengatakan pihaknya sedang menyelidiki tudingan tersebut. “Kami terus-menerus membuat perubahan kode di seluruh layanan kami, tetapi kami tidak membuat perubahan kode terbaru untuk memblokir proyek penelitian ini,” tuturnya, dikutip dari Engadget (22/9). “Fitur aksesibilitas kami sebagian besar tampak berfungsi seperti biasa, namun kami sedang menyelidiki gangguan yang diklaim.”

Perubahan kode itu menjadi perselisihan antara Facebook dan peneliti yang ingin memahami jejaring sosial raksasa tersebut. Bulan lalu, perusahaan menonaktifkan akun Facebook pribadi peneliti NYU yang bekerja dengan Ad Observer, dengan dalih telah melanggar aturan privasi perusahaan. Perusahaan membawa nama Federal Trade Comission (FTC) sebagai pembenaran atas tindakannya, sementara FTC kemudian menegur Facebook karena membuat komentar “menyesatkan” tentang alasannya.

(LH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

3  +  1  =