Channel9.id-Jakarta. Belakangan ini, rencana merger perusahaan operator seluler kian santer. Terbaru, Indosat Ooredoo dan Hutchison 3 Indonesia (Tri) tengah dalam pembahasan merger untuk menjadi Indosat Ooredoo Hutchison.
Mengenai hal itu, pakar telekomunikasi Kamilov Sagala mengatakan bahwa merger merupakan keniscayaan untuk agar industri menjadi lebih sehat. Merger, lanjutnya, lazim terjadi di berbagai belahan dunia.
Baca juga: Butuh Waktu 5 Tahun Bagi 5G Untuk Tumbuh di RI
Terlebih lagi, kata dia, mengingat kondisi geografis Indonesia berupa kepulauan, pembangunan infrastruktur menjadi tantangan besar. “Tantangan ini berisiko pada besarnya pembiayaan infrastruktur dan industri telekomunikasi merupakan bisnis yang pada modal,” ujarnya, dikutip Senin (11/10).
Lebih lanjut, Kamilov mengatakan bahwa dengan merger, sumber daya dan layanan yang dimiliki kedua perusahaan terbangun, sehingga kebutuhan pelanggan bisa terakomodir, termasuk cakupan layanan provider-nya akan semakin luas.
“Pelanggan akan semakin mudah mendapat layanan. Di mana dulunya tak terjangkau, setelah merger, jadi terjangkau karena daerah tersebut ter-cover dengan perusahaan hasil merger. Pelanggan juga mendapat pilihan tarif sesuai kebutuhan dan terjangkau sesuai segmen pasar,” tuturnya.
Sebagaimana telah diketahui, 5G mulai hadir di Indonesia. Sejumlah operator seluler membutuhkan investasi yang besar untuk mengembangkan infrastruktur yang menunjang, termasuk alokasi pita frekuensi lebih lebar mencapai 100 MHz.
“Frekuensi ini sumber daya alam yang makin tinggi dan terbatas. Sementara itu, kebutuhan akan teknologi semakin tinggi yang bisa memanfaatkan dengan teknologi 5G. Hanya sekarang sumber daya frekuensi itu terbatas, sehingga kebutuhan ini harus di-cover dengan cara-cara lain, salah satunya merger. Indonesia itu punya banyak operator, idealnya itu 3-4 operator seluler saja,” kata Kamilov.
(LH)