Kekacauan di Sudan Terjadi Setelah Kudeta
Internasional

Kekacauan di Sudan Terjadi Setelah Kudeta

Channel9.id-Sudan. Militer Sudan mengambil alih kekuasaan dari pemerintah Sudan yang sedang melakukan transisi pada hari Senin dan Kementerian Kesehatan mengatakan kalau tujuh orang telah meninggal dan 140 lainnya mengalami luka-luka setelah bentrok dengan para tentara, Selasa (26/10/2021).

Pemimpin kudeta tersebut, Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, membubarkan Dewan Kedaulatan Sipil yang dibentuk untuk menuntun negara untuk menjadi negara demokrasi setelah sebelumnya menggulingkan Omar al-Bashir dua tahun lalu.

Baca juga: Militer Sudan Tangkap Perdana Menteri dan Anggota Dewan dalam Upaya Kudeta

Burhan mengumumkan diadakannya status darurat, menyebutkan kalau pasukan bersenjata perlu dikerahkan untuk menjaga kemanan dan ketertiban. Ia berjanji untuk mengadakan pemilu pada bulan Juli 2023 dan memberikan kekuasaan kepada pemerintah terpilih nanti.

“Apa yang negara tengah hadapi adalah ancaman yang nyata terhadap masa depan dan harapan negara,” ujarnya.

Kementerian Informasi Sudan, yang mana masih setia terhadap Perdana Menteri Abdalla Hamdok yang digulingkan oleh Burhan, dalam akun Facebooknya mengatakan kalau hanya perdana menteri saja yang mempunyai hak untuk mendeklarasikan status darurat dan apa yang telah dilakukan oleh pihak militer adalah sebuah tindakan kriminal. Ia juga menyatakan kalau Hamdok masih merupakan otoritas transisi yang sah.

Dewan Keamanan PBB dikabarkan juga akan mendiskusikan situasi di Sudan secara tertutup pada hari Selasa.

Juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre menyatakan: “Kami mengecam tindakan yang diambil oleh militer Sudan dan menyerukan dibebaskannya perdana menteri dan lainnya yang sedang menjadi tahanan rumah,” kecamnya.

Setelah terjadinya kudeta tersebut, para pemuda Sudan turun kejalan, membarikade jalanan-jalanan dan bentrok dengan para tentara. Forces of Freedom and Change, salah satu kelompok yang pernah mengkampanyekan digulingkannya Bashir, di Twitter menyerukan adanya aksi damai di jalanan untuk mengagalkan kudeta.

Hamdok, seorang ekonom dan mantan pejabat senior PBB, ditahan dan dibawa ke tempat yang tak diketahui setelah menolak mendukung kudeta dari pihak militer, ungkap kementerian informasi.

Pihak Kementerian mendesak untuk adanya perlawanan dan mengungkapkan kalau puluhan ribu orang yang mengecam adanya kudetan telah turun ke jalan dan ditembaki oleh para tentara di dekat markasnya di kota Khartoum. Pegawai Bank Sentral juga mengumumkan perlawanannya terhadap kudeta.

Para tentara telah menahan anggota dewan sipil dan Dewan Kedaulatan. Mereka juga menahan direktur berita TV pemerintah.

Di kota Omdurman, para pengunjuk rasa memblokir jalanan dan menyanyikan dukungannya untuk kepemerintahan yang demokratif.

“Burhan tidak dapat menipu kami. Ini adalah kudeta militer,” ujar seorang pemuda bernama Saleh.

(RAG)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

22  +    =  28