Techno

Twitter Dianggap Sangat Berisiko Bagi Pengiklan

Channel9.id-Jakarta. Salah satu perusahaan periklanan terbesar di dunia, GroupM, memperingatkan para kliennya bahwa beriklan di Twitter sangatlah berisiko. Mereka memberitahu para pengiklan besar untuk menganggarkan dana iklan di platform lain. Sebelumnya, dua perusahaan iklan terbesar seperti IPG dan Omnicom Media Group merekomendasikan agar iklan di Twitter ditangguhkan.

Sebagai informasi, GroupM memegang klien seperti Google, L’Oréal, Bayer, Nestle, Unilever, dan Coke.

GroupM dilaporkan sangat khawatir terhadap beberapa perubahan yang dibuat oleh Elon Musk, selaku pemilik baru Twitter. Termasuk pemecatan para eksekutif dan karyawan, akun tiruan yang diverifikasi, hingga kemungkinan Twitter abai pada aturan Komisi Perdagangan Federal (FTC).

Supaya Twitter tak lagi dilabeli sangat berisiko, GroupM mencatat bahwa ada sejumlah hal yang ingin mereka lihat, lapor Digiday. Ini termashk “kembali ke NSFW dasar”, ganti Eksekutif Keamanan, Privasi, Kepercayaan, dan Keselamatan TI dengan yang baru, dan membentuk “check & balances” di internal.

Selain itu, GroupM juga mengharapkan transparansk seputar rencana yang berpotensi memengaruhi merek. Pun mengharapkan Twitter agar tetap komitmen pada moderasi konten dan kemampuan untuk menegakkan aturan platform

Permintaan itu GroupM itu tidaklah mengejutkan Sebab perusahaan tak ingin beriklan di tempat yang sarat akan ujaran kebencian, teori konspirasi, dan sebagainya.

Twitter belum buka suara secara langsung terkait hal itu. Mereka tak lagi memiliki departemen komunikasi. Namun, Platformer menerima catatan bahwa Twitter sedang mendiskusikannya.

Sebelumnya, Musk mengatakan bahwa dia ingin Twitter tak lagi bergantung pada pendapatan dari iklan. Namun, tampaknya tujuan Musk ini sulit untuk diwujudkan. Pertama, banyak orang tak berlangganan layanan premium Twitter, Twitter Blue. Selain itu, Musk mengatakan bahwa Twitter menghabiskan sekitar $4 juta sehari. Dalam hal ini, dia membayarnya dengan bunga yang besar dari hutangnya. Sementara itu, Twitter membutuhkan uang banyak jika ingin terus berjalan. Sayangnya, tampaknya pengiklan semakin ragu untuk menyediakannya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

35  +    =  39