Hot Topic Nasional

IDI: TNI dan Polri Miliki Sumber Daya Untuk Tegakkan Ketahanan Bencana

Channel9.id – Jakarta. Ketua Emergency Medical Team (EMT) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Dr Lucky Tjahyono mengatakan, TNI dan Polri sangat siap menghadapi bencana. Mereka memiliki sumber daya manusia dan fasilitas untuk melakukan ketahanan bencana.

Namun, penanganan bencana tidak bisa hanya mengandalkan TNI dan Polri. Semua elemen seperti Pemda dan masyarakat sipil harus dilibatkan.

Oleh karena itu, pemerintah perlu membuat rencana kontinjensi berupa pelibatan masyarakat sipil dan komponen cadangan lainnya untuk memperkuat ketahanan darurat bencana.

Baca juga: Ketua EMT IDI: Tiap Pemda Perlu Buat RS Darurat dan Gudang Cadangan Pangan

“Perlu pemetaan yang benar-benar valid dan dilatih. Ada yang khusus juga misal security, satpol PP, karang taruna, termasuk pasukan cadangan bangsa. Karena kan bantuan penanganan darurat tidak hanya medis. Ada rescue, manajemen support logistik, bagaimana cara menembus punya pasukan trail harus udah punya,” ujar Lucky, Rabu 7 Desember 2022.

“Apalagi penanganan darurat perlu Technical skills seperti pembuatan air bersih darurat, jembatan darurat. Itu memang seni tempur ya,” lanjutnya.

Lucky mengatakan, pemberdayaan masyarakat bisa dikomandoi oleh BNPB dan BNPD. Untuk menyiapkan itu, masyarakat bisa diberikan pelatihan tanggap darurat bencana tiap tahunnya.

Selain itu, Lucky mendorong supaya tiap pemerintah daerah menyiapkan rumah sakit darurat bencana hingga gudang cadangan pangan. Pemerintah daerah perlu menganggarkan dana untuk menyiapkan hal itu.

“Tiap pemerintah harus ada gudangnya. Jadi tinggal mengeluarkan. Memang butuh biaya tapi emang harus begitu. Coba sekarang cek, berapa RS yang siap berfungsi? Tidak ada,” ujar Lucky

“TNI memang punya, yongkes. Polri Brimob juga punya. Tapi engga mungkin. Pemda harus punya RS darurat untuk penanganan bencana,” lanjutnya.

Menurut Lucky, bila tiap daerah punya RS darurat akan mempercepat bantuan penanganan bencana. Misalnya, jika suatu daerah terkena bencana, maka tetangga daerah itu langsung memberikan bantuan. Jadi, daerah lain yang jauh jaraknya tidak perlu datang.

“Implikasi dari dampak bencana, daerah tetangga sekiranya siap membantu . Harus membantu duluan. Kenyataannya jauh sekali,” kata Lucky.

Lucky mengatakan, cara itu merupakan salah satu upaya untuk memperkuat ketahanan terhadap bencana.

“Ini adalah ketahanan terhadap bencana. Yang terdekat dahulu yang masuk sistem. Ini kan menunggu dari luar. Kalau dikeroyok banyak memang cukup misalnya gempa Cianjur, daerah Kabupaten Bekasi datang. Engga usah yang Surabaya datang. Tapi karena tidak terkoordinir susah. Jadi perlu dibangun sistem yang terdekat,” pungkasnya.

HY

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  42  =  48