Channel9.id-Jakarta. Belakangan ini, ada istilah baru yang sedang _nge-tren_ di media sosial seperti Twitter dan TikTok: “body count”. Istiliah ini digunakan untuk menunjukkan jumlah orang yang pernah menjadi pasangan seksual.
Ahli kesehatan menyoroti tren tersebut karena bergonta-ganti pasangan seksual berpotensi memicu penyakit seksual. Ketua Umum Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), Prof Dr dr Yudi M Hidayat menyebutkam bahwa kanker serviks pada perempuan merupakan salah satu risiko penyakit yang bisa muncul karena aktivitas itu.
Untuk diketahui, penyakit kanker serviks disebabkan oleh virus human papillomavirus (HPV). Sejatinya penyakit ini bisa terjadi pada siapa saja, namun bergonta-ganti pasangan bisa meningkatkan risiko penyakit tersebut.
“Multi-partner seksual sama single-partner risikonya sama. Yang single-partner aja punya risiko apalagi yang multi-partner,” jelas dr Yudi, dikutip pada Selasa (31/1). Ia juga menambahkan bahwa virus HPV tak hanya menyerang perempuan, tetapi juga pria.
Pada kesempatan terpisah, pakar seks dr Boyke Dian Nugraha juga menjelaskan bahwa bergonta-ganti pasangan seks memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker mulut rahim.
“Risiko bahaya kanker mulut rahim terjadi pada 2 dari 3 perempuan yang bergonta ganti pasangan, sampai risiko terkena penyakit kelamin,” ujarnya. “Lagi banyak sekarang penyakit kelamin, terutama HIV AIDS. Meskipun menggunakan kondom, karena kondom berpori, kondom hanya bisa melindungi 44—76 persen.”
“Kalau sampai kelupaan menggunakan kondom, kondom bocor, terjadi kehamilan yg tidak diinginkan. Lalu dia aborsi, aborsinya kan tidak bisa dilakukan di tempat-tempat medis, sehingga kemudian dia menggunakan obat-obatan dan sebagainya, hingga terjadilah infeksi, otomatis ada risiko tinggi kematian si ibunya, karena tidak ditangani di fasilitas medis,” lanjut dr Boyke.