Channel9.id – Jakarta. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan RI surplus sebesar US$0,87 miliar pada Februari 2024. Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 46 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
Surplus selama 46 bulan berturut-turut ini menjadi prestasi di era Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sebab, rentang waktu tersebut menjadi yang terlama di era reformasi.
Pencapaian di era Jokowi ini melampui pencapaian terbaik di era reformasi yang sebelumnya ditorehkan oleh Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yakni surplus selama 42 bulan.
Dengan catatan surplus selama 46 bulan berturut-turut ini, Jokowi bahkan sudah menyamai pencapaian Presiden ke-2 RI Soeharto.
Selama 32 tahun menjadi presiden, Soeharto pernah mencatatkan surplus panjang selama tiga periode, yakni selama 91 bulan pada periode Agustus 1975 hingga Februari 1983.
Periode terpanjang kedua adalah selama 48 bulan beruntun, yakni Maret 1987-Februari 1991, dan 46 bulan beruntun yakni April 1983-Januari 1987.
Sementara, surplus terpanjang Indonesia yang pernah tercatat adalah selama 153 bulan, yakni sejak Juli 1995-Maret 2008. Periode tersebut terbentang dari periode pemerintahan Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, hingga SBY.
Kendati demikian, surplus sebesar US$0,87 miliar pada Februari 2024 ini turun US$ 1,13 miliar secara bulanan, dibandingkan Januari 2024 yang senilai US$ 2,02 miliar. Surplus tersebut adalah yang terendah sejak Mei 2023, yakni sebesar US$ 0,43 miliar.
Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan, surplus neraca perdagangan di Februari 2024 ditopang oleh komoditas nonmigas sebesar US$ 2,63 miliar dengan komoditas penyumbang utama adalah bahan bakar mineral (HS 27), lemak dan minyak hewan nabati (HS 15) dan Besi Baja (HS 72).
“Surplus neraca perdagangan nonmigas Februari 2024 ini lebih rendah dibandingkan bulan lalu dan Februari 2023,” ujar Amalia dalam konferensi pers, Jumat (15/3/2024).
Amalia mengungkapkan, pada saat yang sama neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit sebesar US$ 1,76 miliar dengan komoditas penyumbang utama hasil minyak maupun minyak mentah.
“Defisit perdagangan migas Februari 2024 ini lebih rendah dari bulan sebelumnya maupun bulan yang sama tahun 2023,” pungkas dia.
HT