Channel9.id-Jakarta. Dana Moneter Internasional (IMF) menilai, nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) saat ini tengah mengalami overvalue. Menurut IMF, Dolar sudah terlalu mahal ketika diperdagangkan dengan mata uang utama dunia lainnya. Kisaran kelebihan nilai dolar itu mencapai enam persen hingga 12%. Sementara itu, nilai tukar rupiah terus menunjukkan tren penguatan.
Dalam laporan IMF yang dikutip Reuters (19/7), disebutkan pula nilai mata uang yen Jepang dan yuan China yang sesuai dengan kondisi fundamental negara mereka. Namun, mata uang euro dianggap memiliki valuasi wajar untuk zona euro, kecuali bagi Jerman yang punya surplus sangat tinggi. Bagi kondisi moneter Jerman, nilai tukar euro sebetulnya terlalu rendah sekitar 8% hingga 18 .
Di Indonesia, dolar juga terus mengalami pelemahan. Nilai tukar rupiah terhadap dolar di pasar spot Jumat paghi (19/7) tercatat menjad yang terkuat di Asia. US$ 1 setara dengan Rp 13.900. Rupiah menguat 0,39% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. Data Bank Indonesia (BI) merekam, nilai tukar kurs tengah rupiah pada Jumat sore berada di posisi 13.913 per dolar.
BI menegaskan, nilai tukar Rupiah menguat sehingga mendukung stabilitas eksternal. Pada Juni 2019, nilai tukar Rupiah menguat 1,04% secara point to point dibandingkan dengan level akhir Mei 2019, dan 1,13% secara rerata dibandingkan dengan level Mei 2019. Penguatan Rupiah berlanjut pada Juli 2019, yakni 1,06% sampai 17 Juli 2019 secara point to point dibandingkan dengan level akhir Juni 2019.
Penguatan tersebut didorong oleh menariknya imbal hasil investasi portofolio di aset keuangan domestik. Selain itu, persepsi positif terhadap prospek ekonomi Indonesia makin baik, termasuk pasca peningkatan sovereign rating Indonesia oleh Standard and Poor’s (S&P), serta berkurangnya ketidakpastian pasar keuangan global sejalan prakiraan kebijakan moneter global yang lebih longgar.
Perkembangan positif ini kemudian mendorong berlanjutnya aliran masuk modal asing dan memperkuat Rupiah. Ke depan, Bank Indonesia memandang nilai tukar rupiah akan bergerak stabil sesuai dengan mekanisme pasar yang tetap terjaga. Untuk mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar dan memperkuat pembiayaan domestik, Bank Indonesia terus mengakselerasi pendalaman pasar keuangan, baik di pasar uang maupun valas.