Channel9.id, Jakarta- Gunung Gede yang terletak di perbatasan Kabupaten Bogor, Sukabumi, dan Cianjur, Jawa Barat, mengalami peningkatan aktivitas vulkanik pada awal April 2025.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melaporkan adanya peningkatan jumlah gempa vulkanik dan emisi gas dari kawah, yang mengindikasikan potensi perubahan aktivitas gunung api ini.
Kepala PVMBG, Hendra Gunawan, menyatakan bahwa aktivitas vulkanik di Indonesia dipantau secara terus-menerus melalui pos pengamatan gunung api di seluruh Indonesia.
“Hingga saat ini, 68 gunung api dipantau secara terus-menerus melalui 75 pos pengamatan gunung api di seluruh Indonesia,” ujar Hendra.
Masyarakat di sekitar Gunung Gede diimbau untuk tetap tenang namun waspada, serta mengikuti arahan dari pihak berwenang. Pendakian ke Gunung Gede telah ditutup sementara sejak Desember 2024 hingga Maret 2025 untuk pemulihan ekosistem dan mengantisipasi cuaca ekstrem.
Dengan adanya peningkatan aktivitas vulkanik ini, penutupan jalur pendakian kemungkinan akan diperpanjang hingga kondisi dinyatakan aman.
PVMBG dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat terus memantau situasi ini secara intensif. Masyarakat di sekitar gunung, khususnya pendaki dan wisatawan, diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan dan mengikuti informasi resmi dari PVMBG dan BPBD setempat mengenai status gunung dan potensi bahaya yang mungkin timbul.
Gunung Gede adalah gunung berapi stratovolkano yang terletak di perbatasan tiga wilayah di Jawa Barat, yaitu Kabupaten Bogor, Sukabumi, dan Cianjur. Gunung ini memiliki ketinggian 2.958 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Kawasan Gunung Gede merupakan bagian dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), yang dikenal sebagai kawasan konservasi dengan keanekaragaman hayati yang tinggi.
Gunung Gede memiliki beberapa kawah utama, di antaranya Kawah Ratu, Kawah Wadon, Kawah Baru, dan Kawah Lanang. Selain menjadi destinasi pendakian, gunung ini juga memiliki peran penting dalam ekosistem, menjadi habitat bagi berbagai flora dan fauna endemik, seperti owa jawa (Hylobates moloch) dan edelweis (Anaphalis javanica).
Gunung Gede tergolong gunung api yang masih aktif, meskipun aktivitasnya relatif rendah dibandingkan gunung berapi lain di Indonesia.
Gunung Gede diketahui mengalami beberapa letusan kecil. Salah satu letusan yang terdokumentasi terjadi pada tahun 1840, yang ditandai dengan keluarnya abu vulkanik dan gas dari kawahnya.
Pada 1957, pernah terjadi juga aktivitas vulkanik berupa gempa dan keluarnya gas tercatat, meskipun tidak sampai menimbulkan letusan besar.
Pada Januari 2023, PVMBG mencatat peningkatan aktivitas Gunung Gede dengan adanya peningkatan jumlah gempa vulkanik dan emisi gas. Namun, aktivitas ini tidak berkembang menjadi letusan.
Meskipun Gunung Gede belum mengalami letusan besar dalam beberapa dekade terakhir, PVMBG tetap memantau aktivitasnya secara berkala untuk mengantisipasi kemungkinan perubahan status gunung.