Lifestyle & Sport

Kopi Gunung Anjasmoro Berbuah Lebat dan Menjanjikan Panen Bagus

Channel9.id – Mojokerto. Sebanyak 80 anggota gabungan Kelompok Tani Tirto Makmur dan Nawangan di Desa Tawangrejo, Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto menanam kopi Bistak (Robusta) dan Asisa (Ekselsa) di watu Jengger, kaki Gunung Anjasmoro.

Hasilnya, menggembirakan tanaman kopi yang ditanam di lahan seluas 40 hektar dengan ketinggian 700 mdpl cukup subur dan berbuah lebat. Hasil panen dari dua jenis tersebut dengan total berat mencapai 5 kwintal.

Penyuluhan Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Jatirejo sebagai pendampingnya. Ketua Kelompok Gani Tirto Makmur, Jani mengatakan, jumlah panen tahun ini mengalami peningkatan cukup drastis jika dibandingkan dengan tahun lalu.

“Tahun lalu panen kami mencapai total berat mencapai 3 kwintal, tidak sesuai dengan biaya operasional,” katanya kepada Channel9.id yang menemuinya di Mojokerto.

Jani menjelaskan, kedua bibit kopi tersebut didapat dari wilayah Wonosalam, Kabupaten Jombang. Dipilihnya lahan di dataran tinggi karena cuacanya yang dingin sehingga diharapkan tanaman kopi tidak cepat kering. Karena pada dasarnya tanaman kopi butuh dipupuk.

“Tapi di dataran tinggi kami tidak memberikan pupuk karena tanahnya masih subur sehingga hasil panen kopi jadi bagus dan tidak butuh biaya untuk pembelian pupuk. Kopi kering, dijual dengan harga Rp10 ribu/kg.

Kami berharap Pemkab Mojokerto, melalui dinas terkait agar memberikan sarana dan prasarana,” katanya. Sehingga, lanjut Joni, kelompok tani tersebut bisa mengembangkan buah kopi menjadi berbagai olahan kopi.

Pihaknya berencana mengelola biji kopi menjadi menjadi minuman serbuk kopi instan.
Sementara itu, Ketua PPL Desa Sumengko Siti Fatimah, mengatakan jika pihaknya akan memberikan pendampingan secara intensif terhadap kelompok tani kopi di desa Tawangrejo, Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto dengan tujuan agar hasil olahan kopi dari petani tersebut bisa dikenal oleh masyarakat.

“Dinas Pertanian Kabupaten Mojokerto, sudah mendapatkan satu alat pemecah biji kopi beserta pesangrai kopi. Akan tetapi alat itu belum maksimal karena masih membutuhkan proses tambahan. Kualitas panen kopi pada tahun ini mengalami perubahan ukuran yang cukup besar dengan kondisi buah kopi yang kering,” tegasnya.

Siti menambahkan, bila tanaman kopi terserang hama dan penyakit, petani kopi bisa melapor kepada petugas PPL. Nantinya, tambah Siti, petugas akan membuat surat permohonan bantuan Insektisida dan dari dinas akan turun ke lapangan.

ReplyForward

Edy

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  39  =  48