Channel9.id, Jakarta – Industri minyak dan gas bumi (migas) dinilai masih memegang peranan strategis dalam mendukung ketahanan energi nasional dan pertumbuhan ekonomi. Namun, lemahnya kegiatan eksplorasi menunjukkan perlunya reformasi menyeluruh terhadap iklim investasi di sektor hulu migas Indonesia.
Presiden Indonesian Petroleum Association (IPA), Carole J. Gall, menegaskan bahwa potensi sumber daya migas Indonesia masih sangat besar. Namun, dari 128 cekungan migas yang ada, baru sekitar 16% yang telah berproduksi. Ini mengindikasikan besarnya peluang yang belum dimanfaatkan.
“Sebagian besar wilayah migas kita masih belum dieksplorasi. Karena itu, seluruh pemangku kepentingan harus menjadikan eksplorasi sebagai prioritas utama,” kata Gall dalam konferensi pers, Rabu (14/5/2025).
Ia menekankan, menurunnya produksi migas nasional ke kisaran 550.000–600.000 barel per hari tak serta-merta mencerminkan habisnya cadangan, melainkan minimnya aktivitas eksplorasi baru. Untuk mengubah tren ini, diperlukan sinergi antara pelaku industri dan pemerintah guna menciptakan kepastian hukum, fiskal, serta penyederhanaan birokrasi dan perizinan.
“Kolaborasi yang kuat akan membuka pintu investasi baru. Kita perlu menciptakan ekosistem yang mendukung eksplorasi—mulai dari survei seismik, pengeboran sumur, hingga pemanfaatan teknologi terbaru,” ujar Gall.
Isu-isu strategis ini akan menjadi sorotan utama dalam ajang tahunan IPA Convention and Exhibition (IPA Convex) 2025, yang akan digelar pada 20–22 Mei di ICE BSD City, Tangerang. Ketua Panitia IPA Convex 2025, Hariadi Budiman, menyebut forum ini sebagai ruang dialog utama antara pemerintah, industri, akademisi, dan generasi muda untuk membahas masa depan energi Indonesia.
Mengusung tema “Delivering Growth with Energy Resilience in Lower Carbon Environment”, acara ini akan mengangkat tiga fokus utama: pertumbuhan ekonomi, ketahanan energi, dan transisi menuju lingkungan rendah karbon.