Ekbis

Panen Naik, Pemerintah Akui Irigasi Masih Jadi PR

Channel9.id, Jakarta – Di tengah meningkatnya produksi beras nasional, pemerintah menekankan pentingnya membangun fondasi jangka panjang ketahanan pangan, tak hanya sekadar mengejar stok tahunan. Kepala Badan Pangan Nasional (NFA) Arief Prasetyo Adi menyebut upaya pemerintah di bawah arahan Presiden Prabowo Subianto kini berfokus pada penguatan infrastruktur pertanian, perlindungan petani, serta kesiapan intervensi pasar melalui Cadangan Pangan Pemerintah (CPP).

“Kita bersyukur produksi beras tahun ini membaik, tapi tantangan sesungguhnya adalah menjaga keberlanjutan produksi sekaligus memastikan petani tetap untung,” ujar Arief dalam dialog interaktif di radio nasional, Jumat (16/5/2025).

Produksi beras dalam negeri pada semester pertama 2025 menunjukkan tren positif, dengan surplus signifikan dan serapan ke Bulog setara 2,1 juta ton. Namun, Arief menekankan pentingnya tetap menjaga stok pemerintah, terutama untuk menghadapi musim paceklik di akhir tahun.

“Biasanya di November hingga Februari, produksi lebih rendah dari konsumsi. Karena itu, strategi yang dilakukan dua tahun terakhir, yaitu menyimpan stok intervensi di Bulog, adalah langkah yang terbukti efektif,” jelasnya.

Untuk menopang produksi, Presiden Prabowo disebut telah menginstruksikan peningkatan jumlah alat dan mesin pertanian (alsintan), termasuk pengering dan penggilingan modern, serta perbaikan saluran irigasi teknis. Menurut Arief, target produksi yang benar-benar aman untuk ekspor adalah di atas 33 juta ton, sementara tahun ini diproyeksikan mencapai 32,29 juta ton.

“Selama kita belum melewati angka itu, kita perlu tahan diri dari wacana ekspor beras dan fokus pada penguatan dalam negeri,” tegasnya.

Di sisi lain, harga beras internasional saat ini tengah menurun usai sempat melonjak akibat kebijakan ekspor India dan dampak El Niño. Data FAO menunjukkan Indeks Harga Beras global turun dari 142,8 pada Januari 2024 menjadi 104,8 pada April 2025. Namun kondisi ini tidak serta-merta menjadikan impor sebagai pilihan strategis.

“Presiden sudah menyampaikan dengan tegas, hasil petani harus dibeli. Kita tidak boleh membiarkan petani rugi. Saat panen raya kemarin, harga gabah Rp6.500/kg di sawah membuat petani sangat senang,” tambah Arief.

Dengan pendekatan yang lebih menyeluruh—dari perencanaan stok, pembangunan infrastruktur hingga perlindungan harga petani—pemerintah menegaskan arah kebijakan pangan nasional tidak hanya mengejar swasembada sesaat, tapi ketahanan jangka panjang yang stabil dan adil.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

89  +    =  99