Channel9.id, Jakarta— Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar US$160 juta pada April 2025. Meskipun masih mencatatkan surplus, angka ini merupakan yang terendah dalam 60 bulan terakhir sejak tren positif dimulai pada Mei 2020.
“Pada April 2025, neraca perdagangan barang mencatatkan surplus sebesar US$0,16 miliar. Dengan ini, Indonesia telah mencatatkan surplus selama 60 bulan berturut-turut,” ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, dalam konferensi pers, Senin (2/6/2025).
BPS mencatat, nilai ekspor Indonesia mencapai US$20,74 miliar, tumbuh 5,76% secara tahunan (YoY). Sementara itu, nilai impor sebesar US$20,59 miliar, menghasilkan selisih surplus yang tipis.
Namun demikian, capaian surplus April ini tercatat jauh lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya. Pada Maret 2025, neraca dagang Indonesia masih mencatat surplus sebesar US$4,33 miliar.
Rendahnya angka surplus bulan April ini bertepatan dengan periode pengumuman kebijakan tarif baru dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Beberapa analis menilai kebijakan tersebut mulai berdampak terhadap arus perdagangan global, termasuk Indonesia.
Sebelumnya, data neraca perdagangan April 2025 telah muncul lebih awal di laman resmi BPS, namun data ekspor sempat belum diperbarui. Mengacu data tersebut, proyeksi median dari 22 ekonom yang dihimpun Bloomberg memperkirakan surplus neraca dagang Indonesia berada di angka US$2,85 miliar—jauh di atas realisasi resmi.
Meski mencatatkan surplus tipis, tren positif neraca perdagangan Indonesia masih berlanjut. Namun, penurunan tajam dibanding bulan sebelumnya menjadi peringatan atas potensi tekanan eksternal ke depan, terutama di tengah dinamika global dan tensi perdagangan internasional yang meningkat.