Channel9.id, Jakarta – Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) menyambut baik kebijakan Gubernur Jawa Barat yang membatasi aktivitas siswa setelah pukul 21.00. Langkah ini dinilai sebagai upaya proaktif untuk mendukung kesehatan mental dan perkembangan psikologis anak, sekaligus memperkuat peran keluarga dalam mendidik dan membimbing.
Iman Zanatul Haeri, Kepala Bidang Advokasi Guru P2G, menjelaskan bahwa pembatasan ini mendorong pembelajaran mandiri di rumah dan mempererat hubungan keluarga melalui waktu berkualitas bersama. “Kebijakan ini selaras dengan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat dari Kementerian Pendidikan, seperti tidur cepat dan gemar belajar,” ujar Iman pada Selasa (3/62025).
Ia menambahkan bahwa jam tidur ideal—8-10 jam untuk usia 13-18 tahun dan 9-12 jam untuk usia 6-12 tahun—dapat meningkatkan kualitas hidup dan prestasi akademik siswa, sekaligus mencegah aktivitas negatif akibat begadang.
Namun, P2G menolak keras kebijakan masuk sekolah pukul 06.00 di Jawa Barat, yang dianggap bertentangan dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup anak. Berbagai penelitian, termasuk studi Kelley et al. (2017) dari The Open University, Harvard University, dan lainnya, menunjukkan bahwa masuk sekolah terlalu pagi menyebabkan gangguan konsentrasi, penurunan daya ingat, masalah metabolisme, kecemasan, dan penurunan prestasi akademik. “Masuk sekolah pukul 06.00 tidak memiliki dasar ilmiah. Kami meminta kajian mendalam sebelum kebijakan ini diterapkan,” tegas Iman.
Secara internasional, negara-negara maju seperti Malaysia dan Amerika Serikat menerapkan jam masuk sekolah pukul 07.30, sedangkan Inggris, Korea Selatan, dan Kanada mulai pukul 08.00, serta Singapura dan Jepang pukul 08.30. Penelitian Kelley et al. bahkan merekomendasikan jam 10.00 sebagai waktu ideal untuk siswa usia 13-16 tahun demi kesehatan dan performa akademik yang optimal.
P2G juga menyoroti pengalaman Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 2023, yang mencoba masuk sekolah pukul 05.00, kemudian direvisi menjadi 05.30, dan akhirnya kembali ke 07.00 setelah evaluasi komprehensif. “Kita harus belajar dari NTT. Kebijakan pendidikan tidak boleh coba-coba tanpa kajian matang,” kata Iman.
Tantangan Implementasi Masuk Pukul 06.00:
Akses dan Keamanan: Banyak siswa dan guru tinggal jauh dari sekolah, menghadapi keterbatasan transportasi umum di pagi hari dan risiko keamanan karena jalanan sepi atau masih gelap.
Beban Tambahan: Orang tua dan guru terbebani dengan persiapan sarapan dan bekal lebih awal, terutama bagi keluarga dengan banyak anak.
Ketidakadilan: Siswa yang tinggal jauh harus bangun lebih pagi, bahkan pada “jam sahur,” yang dianggap tidak adil.
P2G menegaskan bahwa semangat belajar dan kedisiplinan tidak otomatis tercapai dengan masuk sekolah lebih pagi. Kualitas pembelajaran bergantung pada ekosistem sekolah yang aman, nyaman, dan berpusat pada siswa, serta pola asuh yang baik di rumah. “Masuk pagi tidak menjamin hasil jika kualitas pembelajaran rendah,” ujar Iman.
Tantangan Pendidikan di Jawa Barat:
Tingkat Putus Sekolah: Jawa Barat mencatat 623.288 anak tidak sekolah, dengan 164.631 di antaranya putus sekolah SD, menempati urutan pertama nasional (Kemdikdasmen, 2024). Infrastruktur: Terdapat 22.000 ruang kelas rusak berat dan 59.000 rusak sedang.Sertifikasi Guru: Hanya di bawah 40% guru di Jawa Barat tersertifikasi, menunjukkan tantangan profesionalisme (NPD, 2023).
P2G mengkritik kebijakan pendidikan Jawa Barat yang dinilai kurang berbasis data dan penelitian, sehingga rentan berubah dan lemah secara konseptual. Kebijakan ini lebih mengandalkan inisiatif pribadi gubernur ketimbang sistem birokrasi yang kuat, menciptakan tantangan dalam implementasi.
Dengan jadwal sekolah lima hari yang dimulai pagi dan berakhir sore, P2G memperingatkan risiko siswa melampiaskan kelelahan pada akhir pekan melalui aktivitas negatif seperti tawuran. “Semua pihak harus mengantisipasi dampak ini,” tutup Iman.