Channel9.id, Jakarta – Pemerintah Indonesia tengah mengupayakan strategi ekonomi-politik untuk meredam dampak kebijakan tarif tinggi Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang akan berlaku penuh pada 9 Juli 2025. Di bawah tekanan kebijakan tersebut, Indonesia tidak hanya melakukan negosiasi diplomatik, tetapi juga menawarkan paket investasi besar dan peningkatan impor dari AS guna meredakan ketegangan dagang.
Salah satu pendekatan utama adalah komitmen investasi hingga US$34 miliar (sekitar Rp551 triliun), yang akan disalurkan melalui BUMN dan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara)—lembaga investasi nasional yang baru dibentuk Februari lalu.
“[Paket investasi] termasuk pembelian komoditas dari AS dan investasi, yang sebagian besar dilakukan oleh BUMN dan Danantara,” kata Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Kamis (3/7/2025).
Dari total nilai tersebut, sekitar US$15,5 miliar akan difokuskan untuk pembelian energi asal AS. Selain itu, ada rencana pembelian komoditas agrikultur guna menekan surplus perdagangan Indonesia yang terus meningkat—sebuah hal yang kerap dijadikan alasan oleh Presiden Trump untuk menerapkan tarif tambahan.
Untuk mengamankan kesepakatan, Indonesia dijadwalkan menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan mitra dagang AS pada 7 Juli 2025. Namun Airlangga mengakui bahwa tidak ada jaminan bahwa negosiasi tarif akan selesai sebelum batas waktu resmi dua hari setelahnya.
“Belum tentu capai deal tarif di tanggal 7 Juli,” ujarnya.
Selain upaya pemerintah, sektor swasta juga mulai bergerak. Indorama Corporation, milik taipan Sri Prakash Lohia, berencana membangun pabrik senilai US$2 miliar di Louisiana sebagai bagian dari langkah mendukung diplomasi ekonomi Indonesia.
Langkah Indonesia melalui Danantara menunjukkan perubahan pendekatan: dari mendorong investasi masuk ke dalam negeri, kini Danantara mulai memainkan peran outbound investment sebagai alat diplomasi strategis.
Sebelumnya, Danantara meneken kerja sama investasi energi senilai US$10 miliar (Rp162 triliun) dengan perusahaan Arab Saudi, ACWA Power, untuk mendukung pengembangan energi terbarukan di Indonesia. CEO Danantara Rosan Roeslani menyebut kesepakatan itu sebagai bentuk komitmen transnasional mendukung target net zero emission 2060.