Channel9.id, Jakarta – Menteri Koordinator Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (Menko IPK), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), mengungkapkan keprihatinan mendalam atas masih maraknya truk Over Dimension Over Load (ODOL) di jalanan Indonesia. Menurutnya, keberadaan truk-truk dengan muatan berlebih ini menjadi biang kerok membengkaknya biaya perbaikan jalan yang ditanggung negara.
Dalam paparannya di Kantor Kemenko IPK, Jakarta, Kamis (17/7/2025), AHY menyebut kerugian akibat ODOL mencapai Rp41 triliun per tahun, berdasarkan hitungan Kementerian PUPR. Anggaran tersebut dikucurkan untuk memperbaiki kerusakan jalan nasional hingga jalan tol yang disebabkan oleh kelebihan muatan kendaraan.
“Kerusakan jalan akibat truk ODOL membuat negara harus menanggung Rp41 triliun tiap tahun untuk perbaikan. Ini sangat merugikan dan tidak efisien,” tegas AHY.
Tak hanya dari sisi anggaran, AHY juga menyoroti dampak buruk ODOL terhadap umur jalan. Bila seharusnya jalan bisa bertahan 10 tahun, kini usianya hanya efektif sekitar 30 persen saja karena tekanan berlebih dari truk ODOL.
Lebih mengkhawatirkan lagi, ODOL juga menjadi faktor signifikan penyebab kecelakaan lalu lintas dengan fatalitas tinggi.
“Truk-truk besar ini menyumbang 10,5% dari total kecelakaan lalu lintas. Itu posisi kedua setelah sepeda motor. Fatalitasnya tinggi, bukan cuma sopir yang jadi korban, tapi masyarakat lain yang tidak tahu apa-apa bisa ikut celaka,” tambah AHY.
Pemerintah Didukung Data, Didesak Segera Terapkan Zero ODOL
Sementara itu, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Jafung PKJJ Ahli Utama Direktorat Jenderal Bina Marga, Herry Trisaputra Zuna, menegaskan bahwa implementasi kebijakan Zero ODOL tidak bisa ditunda lagi. Ia mengungkapkan bahwa 63 persen angkutan saat ini tergolong ODOL, dengan dominasi jalur di Tol Trans Sumatera (50%) dan sisanya tersebar di Trans Jawa.
“Kontribusi ODOL terhadap kecelakaan bahkan mencapai 17%. Dampaknya bukan hanya pada kerusakan jalan dan kemacetan, tapi juga memperpanjang waktu tempuh dan meningkatkan risiko kematian,” ujar Herry.
Ia menekankan bahwa kerugian terbesar dari ODOL adalah hilangnya nyawa, yang nilainya tak bisa diukur dengan uang.
“Nyawa manusia itu priceless. Maka upaya penertiban ODOL harus menjadi prioritas,” pungkasnya