Channel9.id, Jakarta – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) melaporkan bahwa hampir 70% produksi gas bumi nasional saat ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Langkah ini menjadi bukti konkret komitmen pemerintah dalam memprioritaskan pemanfaatan energi untuk kepentingan nasional.
Deputi Keuangan dan Komersialisasi SKK Migas, Kurnia Chairi, mengungkapkan bahwa dari total produksi gas nasional, sekitar 69,26% disalurkan untuk kebutuhan domestik, sementara sisanya diekspor, terutama dalam bentuk LNG dari kilang Bontang dan Tangguh.
“Kita masih melanjutkan kontrak jangka panjang ekspor, namun porsi domestik terus kami prioritaskan,” jelas Kurnia dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (17/7/2025).
Kurnia menjelaskan bahwa meskipun sempat menurun akibat pandemi dan penurunan alamiah cadangan gas (natural decline), produksi gas nasional mulai menunjukkan tren peningkatan sejak 2023. Diproyeksikan, tren ini akan terus berlanjut dengan kenaikan sekitar 2–3% per tahun berkat tambahan produksi dari lapangan-lapangan baru.
Namun, tantangan terbesar masih berkutat pada kesenjangan antara lokasi sumber gas dan wilayah yang membutuhkan. Beberapa wilayah seperti Jawa Timur dan Natuna mengalami surplus pasokan, namun keterbatasan infrastruktur transmisi menyebabkan gas tak bisa tersalurkan optimal.
“Misalnya di Natuna, ekspor ke Singapura mulai berkurang karena mereka mencari sumber energi lain. Di sisi lain, daerah lain seperti Jawa Barat butuh pasokan tapi belum terjangkau,” ujarnya.
Solusi Jangka Panjang: Pipa Cisem hingga Gas Swap
Untuk mengatasi ketimpangan distribusi, pemerintah tengah mempercepat pembangunan Pipa Cisem yang akan menghubungkan Jawa Timur dengan Jawa Barat. Di samping itu, strategi jangka menengah juga diterapkan seperti: Penyaluran LNG untuk jaringan gas domestik, penjadwalan ulang kontrak ekspor agar sebagian pasokan bisa dialihkan ke dalam negeri, skema gas swap, dan percepatan proyek eksplorasi dan produksi.
Peningkatan konsumsi gas dalam negeri juga ditopang oleh tren energi bersih, efisiensi energi, dan pertumbuhan industri yang membutuhkan pasokan gas stabil. Kurnia menegaskan bahwa sejak lama arah kebijakan energi Indonesia sudah jelas: gas bumi diprioritaskan untuk dalam negeri.
“Data beberapa tahun terakhir menunjukkan peningkatan konsumsi domestik gas secara konsisten, ini tren yang positif dan perlu terus dijaga,” pungkasnya.