Channel9.id, Denpasar – Gelombang dukungan untuk proyek transisi energi Bali mulai mengalir dari tingkat akar rumput. Desa Adat Intaran menyambut baik rencana pembangunan Terminal Khusus (Tersus) Liquid Natural Gas (LNG) yang akan berlokasi 3,5 kilometer dari garis pantai Bali Selatan. Dukungan ini merupakan angin segar bagi percepatan pencapaian target Bali Energi Bersih 2045.
Dukungan tersebut secara resmi disampaikan oleh Bendesa Adat Intaran, I Gusti Alit Kencana, dalam forum sosialisasi yang digelar oleh PT Dewata Energi Bersih (DEB) di Bale Banjar Desa Adat (Bupda) Intaran, Selasa (23/9).
“Kita mengharapkan adanya kemitraan dalam berbagai bidang, utamanya adalah ekonomi, untuk bisa meningkatkan kesejahteraan warga di Intaran,” ujar I Gusti Alit Kencana, menekankan bahwa kehadiran proyek ini dinilai akan membawa dampak positif bagi masyarakat.
Dukungan Desa Adat Intaran tidak datang begitu saja, melainkan berdasarkan harapan akan adanya sinergi yang saling menguatkan. Sebagai desa dengan mata pencaharian utama di sektor pariwisata dan nelayan, Intaran melihat peluang besar dalam kehadiran infrastruktur energi bersih ini.
I Gusti Alit Kencana menyampaikan beberapa harapan konkret, di antaranya, soal Kemitraan Ekonomi. Yakni peningkatan kesejahteraan melalui program kemitraan. Kedua dukungan Pengelolaan Pantai: Perlunya PKKPRL (Perizinan Berusaha Pengelolaan Kawasan Perairan dan Pulau-Pulau Kecil) untuk mengembangkan dermaga dan kawasan pariwisata pantai, ketiga dukungan energi untuk mengatasi keterbatasan listrik dan memanfaatkan LNG untuk kebutuhan rumah tangga serta usaha, keempat Cold Storage untuk nelayan, untuk fasilitas menjaga kualitas hasil tangkapan nelayan lokal.
“Untuk cold storage yang dulu direncanakan mudah-mudahan tetap ada, sehingga bisa untuk menyimpan ikan hasil tangkapan nelayan,” tambahnya.
Menanggapi positif hal tersebut, Dicky Gustyana dari PT DEB menegaskan komitmen perusahaan untuk membangun kemitraan yang saling menguntungkan dengan Desa Adat Intaran. Pertemuan ini merupakan tindak lanjut setelah titik proyek dipindahkan dari yang sebelumnya 500 meter menjadi 3,5 kilometer dari pantai, sebuah langkah yang menunjukkan respons terhadap aspirasi masyarakat.
“Titik sejauh 3,5 km mengikuti rekomendasi dari tahun 2023 yang diberikan oleh Kemenko Marves, Luhut Pandjaitan. Hasil kajian menyatakan titik ini ideal karena jauh dari perkampungan dan tidak mengganggu jalur pelayaran,” jelas Dicky.
Dia menambahkan bahwa pihaknya telah melakukan kajian komprehensif dari segi lingkungan dan keamanan. Kehadiran Tersus LNG disebutkannya sangat mendesak untuk menambah kapasitas suplai energi di Bali, menggantikan pembangkit listrik berbahan bakar fosil yang lebih polutif.
Proyek Terminal Terapung LNG, bukan sekadar tentang membangun infrastruktur, melainkan sebuah langkah strategis menuju kemandirian energi Bali. Peristiwa pemadaman listrik (black out) yang pernah terjadi menjadi pengingat betapa rentannya Bali terhadap suplai energi dari luar.
“Kita mendukung kemandirian energi di Bali, yang merupakan program prioritas dari Pemprov Bali agar tidak lagi tergantung suplai energi dari luar Bali,” pungkas Dicky.
Dukungan dari Desa Adat Intaran menjadi bukti bahwa dengan pendekatan komunikasi yang baik, transparansi, dan penawaran manfaat yang nyata bagi masyarakat, proyek strategis nasional dapat memperoleh legitimasi sosial. Kehadiran proyek LNG ini diharapkan menjadi tonggak sejarah bagi Bali dalam mewujudkan cita-cita Mangun Satkerthi Loka Bali: menjaga kesucian dan keindahan alam Bali, sambil menyejahterakan masyarakatnya menuju masa depan yang berkelanjutan.