Channel9.id, Jakarta – Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas mengecam keras Israel atas perang genosida di Gaza, sekaligus menolak tindakan Hamas dalam serangan 7 Oktober 2023 yang memicu konflik berkepanjangan.
Dalam pidato virtual pada Sidang Majelis Umum PBB, Kamis (25/9/2025) waktu setempat, Abbas—yang tidak mendapat visa dari Amerika Serikat untuk hadir langsung di New York—menyampaikan bahwa rakyat Palestina telah hampir dua tahun menghadapi “kehancuran, kelaparan, dan pengusiran” akibat agresi Israel.
Menurut otoritas kesehatan Gaza, sejak Oktober 2023 setidaknya 65.419 orang tewas dan 167.160 terluka akibat serangan Israel, sementara ribuan lainnya diduga masih tertimbun reruntuhan. Sebagai perbandingan, serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 menewaskan 1.139 orang di Israel dan menyebabkan sekitar 200 orang disandera.
“Yang dilakukan Israel bukan sekadar agresi, melainkan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Ini akan tercatat dalam sejarah sebagai salah satu tragedi paling mengerikan di abad modern,” tegas Abbas, dikutip dari Al Jazeera, Jumat (26/9/2025).
Abbas Tolak Peran Hamas
Meski mengecam Israel, Abbas juga menegaskan penolakannya terhadap aksi Hamas. Ia menilai penyanderaan dan penyerangan warga sipil tidak mewakili perjuangan sah rakyat Palestina.
“Hamas tidak akan memiliki peran dalam pemerintahan. Semua faksi harus menyerahkan senjata demi pembangunan negara,” ujarnya.
Abbas juga mengkritik ekspansi permukiman Israel di Tepi Barat yang dinilai ilegal menurut hukum internasional. Ia menyinggung kesepakatan terbaru Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk melanjutkan proyek permukiman, yang berpotensi memutus wilayah Palestina dan menutup peluang pembentukan negara.
“Pemerintah ekstremis Israel terus menyebarkan penyakit permukiman melalui ekspansi ilegal dan proyek aneksasi,” kata Abbas.
Menurutnya, rakyat Palestina selama puluhan tahun mengalami pembunuhan, penangkapan, hingga perampasan tanah dan harta tanpa ada sanksi internasional bagi Israel.
Dalam penutup pidatonya, Abbas menyerukan penghentian permanen perang di Gaza, pembebasan semua tahanan dan sandera dari kedua pihak, serta jaminan agar warga Gaza tidak diusir dari tanah mereka.
“Seberapapun luka kami berdarah, hal itu tidak akan mematahkan kehendak kami untuk hidup dan bertahan,” tandasnya.