Agus soal LNG
Ekbis Hot Topic

Prof Dr. Ida Ayu Giriantari: LNG Manfaatnya Jangka Panjang, Jangan Terjebak Kepentingan Sempit

Channel9.id, Jakarta – Guru Besar Universitas Udayana yang juga pakar energi terkemuka, Prof. Dr. Ida Ayu Dwi Giriantari, menyatakan bahwa penentuan lokasi Terminal Khusus (Tersus) LNG sejauh 3,5 kilometer dari garis pantai Bali sudah mengikuti rekomendasi otoritas yang kompeten, yaitu mantan Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan pada tahun 2023 dan juga saran dari Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2025.

Oleh karena itu, munculnya penolakan baru dari sebagian masyarakat dinilainya mengherankan dan patut diwaspadai agar tidak menjadi alat adu domba oleh kepentingan tertentu yang ingin menggagalkan transisi energi Bali.

Pernyataan ini disampaikan Prof. Giriantari menanggapi dinamika terbaru proyek LNG Bali, di mana meski titik pembangunan telah dipindahkan dari 500 meter menjadi 3,5 km—sesuai usulan pusat untuk mengakomodir aspirasi keamanan—penolakan tetap muncul, khususnya dari warga Serangan.

Prof. Giriantari, yang merupakan profesor di Departemen Teknik Elektro Universitas Udayana dan memimpin Center for Community Based Renewable Energy (CORE) , mengungkapkan keanehan terhadap pola penolakan ini.

“Seharusnya kalau mengikuti rekomendasi tidak ada masalah. Ternyata tidak. Jadi makanya bingung kita, nih,” ujarnya.

Ia mengingatkan bahwa titik 3,5 km ini justru merupakan hasil kajian yang dianggap ideal karena jauh dari permukiman dan tidak mengganggu jalur pelayaran.

“Padahal dulu, dadi pihak Kemenko Marves memang yang minta 3,5 km itu,” tambahnya .

Menurut analisis Prof. Giriantari, salah satu munculnya persoalan terletak adanya pemahaman yang belum utuh terkait manfaat proyek. Masyarakat seringkali mengharapkan keuntungan yang langsung terasa, sementara manfaat energi bersih seperti LNG bersifat jangka panjang.

“Masyarakat kan pengen lihat untungnya saat ini gitu ya. Mereka berpikir setiap ada investasi, itu hanya keuntungannya untuk investor. Jaminan bahwa masyarakat memperoleh dampak positifnya itu belum ada,” jelasnya.

Dia memaparkan, manfaat energi bersih bagi Bali bersifat jangka panjang dan multidimensional. Mulai dari peningkatan kualitas udara, penguatan brand pariwisata hijau, hingga penghematan anggaran kesehatan.

“Yang jelas, untuk masa depan anak cucu kita. Keuntungan jangka panjangnya luar biasa,” tegasnya. Ia mencurigai adanya faktor non-teknis yang lebih kompleks dalam proses pembangunan tersus LNG, sehingga mengaburkan arti penting kehadiran LNG .

Guru Besar Universitas Udayana tersebut menyoroti bahwa seringkali masalah muncul bukan dari level masyarakat bawah, melainkan dari dinamika di tingkat elit.

“Itu keras. Itu masalah kita sama sama tahu lah. Ada di segala aspek. Elit-elit di atas itu harus serius,” tegas Prof. Giriantari, mengisyaratkan adanya permainan kepentingan. Seringkali masyarakat di tingkat bawah digunakan saja, sebagai kepanjangan tangan para pemilik kepentingan.

Prof. Giriantari mengingatkan semua pihak, terutama masyarakat dan media, untuk waspada terhadap upaya-upaya yang dapat memecah belah. Ia mendorong agar sosialisasi dan harmonisasi proyek yang menjanjikan manfaat kemitraan bagi wilayah sekitar seperti Intaran dan Serangan harus terus diintensifkan.

“Supaya masyarakat sadar, jangan sampai diadu domba, dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang kepentingan pribadinya, kepentingan kelompok mereka,” pesannya .

Sebagai pakar yang baru saja meraih penghargaan bergengsi Solar Award dalam International Solar Summit (ISS) 2025 atas kontribusinya di bidang energi terbarukan, Prof. Giriantari menegaskan bahwa kehadiran LNG merupakan bagian penting dari peta jalan transisi energi Bali menuju Net Zero Emission 2045.

Proyek ini tidak hanya untuk menyediakan energi yang lebih bersih tetapi juga untuk mewujudkan kemandirian energi dan stabilitas pasokan listrik di Pulau Dewata.Dengan demikian, diperlukan pendekatan yang komprehensif dan transparan dari semua pemangku kepentingan untuk memastikan agenda strategis ini tidak terganggu oleh kepentingan-kepentingan sempit.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  84  =  91