Channel9.id-Jakarta. Di tengah gelombang disrupsi digital dan kecerdasan buatan yang mengubah cara manusia hidup, bekerja, dan belajar, dunia pendidikan Indonesia dihadapkan pada tuntutan perubahan besar.
Pesan itu mengemuka dalam pembukaan Seminar Nasional “Desain Ulang Pendidikan Indonesia” yang digelar di Auditorium Perpustakaan Nasional, Jakarta, Rabu (27/11/2025).
Diselenggarakan oleh Yayasan Rawamangun Mendidik bekerja sama dengan Universitas Negeri Jakarta dan Ikatan Alumni UNJ, forum ini mempertemukan akademisi, pendidik, dan pegiat teknologi pendidikan dari berbagai daerah.
Ketua Pelaksana, Azis Nasution, menegaskan: model pendidikan lama sudah tidak cukup. AI, komputasi awan, data, dan otomasi kini menjadi bagian hidup sehari-hari. Karena itu, Indonesia harus berani merumuskan strategi baru dan membangun ekosistem pembelajaran yang adaptif.
“Transformasi digital bukan hanya soal teknologi,” ujarnya, “tetapi tentang kualitas manusia—berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, karakter, dan literasi digital.”
Sementara itu, Pembina YRM, Sugeng Suparwoto, mengingatkan pentingnya dimensi etika dan kemanusiaan. Dalam era percepatan teknologi yang disebut Harari sebagai fase Homo Deus, pendidikan tidak boleh kehilangan nilai moral dan tanggung jawab sosial.
Ia juga menyinggung tantangan besar bangsa: kemiskinan, ketimpangan, hingga ekonomi yang masih bergantung pada industri ekstraktif—serta tekanan global seperti konflik geopolitik dan krisis iklim.
Sugeng berharap forum ini menjadi ruang strategis menuju visi Indonesia Emas 2045.
“Mungkin kecil,” katanya. “Tapi inilah ikhtiar kita memecahkan persoalan kompleks bangsa.”
Seminar tersebut menghadirkan sejumlah pakar seperti Prof. Yudi Latif dan Prof. Robertus Robet, Satriwan Salim dan juga Profesor Richardus Eko Indrajit untuk membahas strategi pembelajaran adaptif, inovasi kurikulum, dan penguatan literasi digital.





