Hot Topic

Nilai Sumpah Pemuda Bentengi Bangsa Indonesia dari Ancaman Global

Channel9.id-Jakarta. Wakil Ketua DPR RI Azis Syamsuddin menyatakan Sumpah Pemuda bisa menjadi kerangka membangun NKRI sehingga terhindar dari segala ancaman global. Sebab, kata Azis, Indonesia berdiri di atas landasan nilai yang berfungsi sebagai pengikat segala macam perbedaan yang ada.

Azis pun mengenang Prof Sunario Sastrowardoyo sebagai salah satu penggagas Sumpah Pemuda 1928 yang menyebut, nilai persatuan dan kebangsaan Indonesia tidak dilatari oleh faktor kultural, ras, wilayah atau agama tertentu saja.

“Tapi justru kompleksitas perbedaan itu diletakkan di atas landasan perasaan senasib sepenanggungan. Perasaan inilah yang mengikat semua jenis perbedaan yang sangat banyak di Indonesia,” kata Aziz kepada wartawan, Senin (28/10).

Namun, menurut Azis beberapa tahun terakhir ini, bangsa Indonesia gagap mendefinisikan dinamika politik dalam konteks Pilpres. Azis menyatakan banyak pihak mengartikan Pilpres tersebut sebagai perjuangan hidup mati mempertahankan eksistensi kelompok.

“Maka tak ayal, kekacauan makna pun terjadi. Jargon-jargon perang justru muncul pada konteks damai, konteks perjanjian dagang dan investasi antar negara diartikan sebagai aneksasi, dan konteks Pemilu diartikan sebagai revolusi,” kata Azis.

Akibatnya, nilai persatuan bangsa Indonesia terguncang hebat. Sehingga, kata Azis, menjadi bergerak liar dan nilai suatu pendapat atau tindakan digantungkan pada keberpihakan politik. Bahkan, kaidah Ilmu dikebiri.

“Pendapat-pendapat dan analisis ilmiah yang berupa kritik atau pun apresiasi dicurigai memiliki tendensi, dimasukkan dalam konteks politik dan pilpres yang bergerak demikian dinamis,” tegas Azis.

Kata Azis, saat ini bangsa Indonesia kehilangan gugus makna Sumpah Pemuda. Salah satu contoh, rekonsiliasi yang dilakukan Presiden Jokowi dan Prabowo Subianto dianggap melanggar kode etik politik.

“Sehingga meski keduanya bersatu dalam satu kerangka kerjasama, langkah politik mereka dipahami sebagai sebuah ambivalensi yang melanggar keadaban politik. Demikian juga ketika para elit politik bersatu dan duduk bersama dalam satu kabinet kerja, tidak sedikit pihak yang kecewa,” kata Azis.

Padahal, lanjut Azis, ancaman global menjadi tantangan besar yang tidak mungkin dihadapi pemerintah secara sendiri, selain dengan menggabungkan seluruh komponen kekuatan politik di Tanah Air. Sebab, persatuan dan kesatuan sebagaimana diamanatkan dalam nilai-nilai Sumpah Pemuda menjadi benteng ancaman global.

Azis mengingatkan, Sumpah Pemuda diperingati bukan sebagai ajang seremoni. Tapi, sebagai pengingat bahwa nilai-nilainya harus terus dikontekstualisasi.

“Harapannya, apa yang ada dan sudah dicontohkan oleh para elit politik tersebut, bisa mengalir kebawah agar kita siap menghadapi tantangan besar ke depan,” terangnya.

(vru)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

83  +    =  88