Channel9.id – Jakarta. Waketum Gerindra Arief Poyuono menilai, munculnya ribuan cacing dari dalam tanah di daerah Solo dan sekitarnya menandakan sebuah pesan alam untuk Presiden Joko Widodo (Jokowi).
“Cacing saja sudah mencari perlindungan dari tempatnya yang biasa dibawah tanah ingin berkeluh kesah dan minta perlindungan ke kangmas Jokowi di solo,” katanya, Minggu (19/4).
Menurut Arief, fenomena tersebut tidak lazim dan jarang terjadi. Ia pun menilai, kemunculan cacing tanah bukan karena aktivitas gunung merapi.
“Sebab berkali-kali gunung merapi beraktivitas kok enga pernah ada cacing keluar dari tanah dalam jumlah banyak dan anehnya kok di solo di tempat asalnya Joko Widodo . Ini tanda tanda alam untuk mengingatkan Kangmas Joko Widodo,” ujar Arief.
Oleh karena itu, menurut Arief, fenomena tersebut mengartikan Jokowi dikelilingi orang-orang sombong dan jahat.
“Ini juga mengartikan kalau kangmas Joko Widodo dikelilingi orang orang yang sombong dan jahat Yang akhirnya tidak baik bagi pemerintahan Joko Widodo ke depan,” ucap Arief.
Lebih jauh, Arief menilai Jokowi telah melupakan jasa teman-teman serta orang-orang setia yang membantunya menjadi presiden.
“Ini artinya rakyat sudah susah banget. Karena itu kangmas Joko Widodo harus sadar dan eling untuk lebih banyak turun kebawah dan mendengarkan keluh kesah rakyat yang mereka alami sebenarnya sekarang ini akibat covid-19,” pungkasnya.
Kemunculan ratusan hingga ribuan cacing dari dalam tanah di sekitar Pasar Gede Solo terjadi pada Sabtu (18/4).
Ahli lingkungan hidup dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Prabang Setyono menjelaskan, fenomena tersebut tidak hanya terjadi di Solo, tapi juga terjadi di beberapa daerah, salah satunya di Klaten.Menurutnya, tahun lalu keluarnya cacing dari dalam tanah tak semerata tahun ini.
“Saya juga kaget kok merata ini. Kayaknya tahun ini ada sedikit anomali. Mungkin ada dinamika suhu tanah dari dalam. Ini sedikit masuk logika. Gunung-gunung yang dulunya dianggap tidur ada istilahnya geotektoniknya begitu,” ujar Prabang dilansir Kompas.com, Sabtu (19/4)
Prabang melanjutkan, kemunculan cacing tanah diduga karena perubahan kelembaban yang biasa terjadi saat perubahan musim.
“Cacing itu habitatnya diagregat-agregat tanah. Sehingga bisa jadi yang pertama di situ kelembabnya telah terjadi perubahan drastis. Biasanya tanah itu berubah dari penghujan ke kemarau. Biasa begitu,” ujarnya.
“Di dalam biasanya panas kelembabannya jelas berkurang. Biasanya cacing mesti keluar mencari perlindungan,” tambah Prabang.
Selain itu, menurut Prabang, meski belum ada penelitian secara spesifik terkait fenomena itu, kemunculan cacing-cacing itu diduga berkaitan dengan aktivitas gunung berapi yang terjadi belakangan ini.
(Hendrik)