Nasional

Dr. Suaedy: Islam Nusantara Bangun Keseimbangan Barat dan Timur

Channel9.id – Jakarta. Komisioner Ombudsman RI, Dr. Ahmad Suaedy, mendorong Islam Nusantara sebagai ilmu pengetahuan, diperkenalkan di dunia international.

Sebagai ilmu, gagasan Islam Nusantara bisa menjadi penyeimbang antara pertentangan sekularisme (Barat) dengan agama (Timur Tengah). Islam Nusantara mampu menawarkan paradigma baru di tengah pertentangan tersebut.

“Kita mendorong agar dunia ada keseimbangan cara pandang, antara Barat dan Timur. Di tengah situasi itu, Islam Nusantara harus diperkenalkan,” kata Suaedy.

Menurut Suaedy, Islam Nusantara bisa menjadi jalan keluar atas masalah-masalah yang ditimbulkan akibat pertentangan tersebut. Lantaran, Islam Nusantara memiliki potensi untuk meramu kedua gagasan tersebut, terutama dalam kehidupan negara dan bangsa.

“Maka kami mencoba mendorong terjadinya epistimologi baru dalam keilmuan. Saat ini ilmu dominan sekularisme bisa ke spiritualisme. Ilmu yang tak hanya dipandang sekuler tapi juga spiritual, saya menyebutnya Post-Sekularisme,” kata Suaedy.

Dalam hal ini, Post-sekularisme adalah sebuah revisi sekaligus jawaban atas krisis masyarakat sekular. Ia menegaskan masyarakat modern sekular harus terus memperhitungkan kelangsungan hidup agama-agama. Lantaran, agama terus berperan aktif dalam menentukan arah perkembangan masyarakat

“Selain itu, agama ikut berjuang menegakan keadilan, demokrasi, dan hak asasi,” katanya.

Menurut Suaedy, cara pandang sekuler yang banyak dipengaruhi Barat, yang memisahkan antara negara dan agama, tidak lagi relevan. Sebab, pertentangan sekulerisme menimbulkan ekses seperti meningkatnya rasialisme dan kekerasan.

Selain itu, menurut Suhaedy, masyarakat Barat memisahkan negara dan agama karena memiliki trauma sejarah. Dalam sejarah peradaban barat di abad kegelapan, perselingkuhan antara Gereja dan Kerajaan membuat rakyat menderita.

“Ada traumatik di barat karena integrasi gereja dan kekuasaan. Trauma itu masih ada sampai sakarang. Akhirnya sekularisme adalah jalan satu-satunya keselamatan,” kata Suaedy.

Indonesia tak mengalami trauma tersebut. Suaedy menyatakan, dalam sejarah kerajaan, agama bukan bertindak sebagai kekuasaan, tetapi sebagai kontrol.

“Tidak terjadi pergulatan sejak abad 14. Juga tidak terjadi pergulatan sama dengan di Barat. Misalnya, pengaruh peran Wali Songo dalam kerajaan. Dalam hal ini, agama bukan bertindak sebagai kekuasaan, tapi jadi kontrol. Di mana Wali Songo menjadi penasihat spiritual dan politik. Jadi pengalaman sangat berbeda di abad sama antara Barat dan Indoensia, dan juga berbeda dengan di Timur Tengah,” ujarnya.

Berdasarkan hal itu, Indonesia memiliki potensi untuk menyebarluaskan gagasan Islam Nusantara. Terlebih, Indonesia memiliki khazanah sejarah dan keilmuan yang melimpah.

“Kalau baca literasi Islam Jawa, Islam Aceh, semua ada pergulatan intelektual. Bahkan, pengamat Belanda menyatakan, Nusantara pada abad ke-16 sampai 17 sebagai abad renaissance, berdasarkan karya sastra dan penemuan lainnya. Kalau boleh dibilang renaissance itu bergerak bersama dalam abad sama. Tapi Barat jalannya sekulerisme, di nusantara publik religiun,” pungkasnya.

(HY)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

57  +    =  60