Channel9.id-Jakarta. Wakapolri Komjen Pol Gatot Eddy Pramono menyatakan akan memberdayakan petugas keamanan informal atau biasa disebut preman atau jeger, di pasar- pasar tradisional.
Rencana Wakapolri itu bukan tanpa alasan. Menurutnya hal itu dilakukan agar para pedagang dan pengunjung pasar taat dan disiplin kepada protokol kesehatan Covid-19. Pada beberapa kasus, pasar dan pusat perdagangan terbukti menjadi klaster penyebaran Covid-19.
Dosen Ilmu Hukum Pidana Universitas Bung Karno Dr. Azmi Syahputra menyatakan, ajakan Wakapolri untuk memberdayakan preman memiliki tujuan mulia.
“Intinya, Wakapolri mendorong elemen kelompok masyarakat untuk ikut berperan agar semakin patuh protokol kesehatan Covid-19,” ujar Azmi, Sabtu (12/09) malam.
Baca juga: Polri Akan Rekrut Preman Pasar Awasi Protokol Kesehatan
Azmi menuturkan, penggunaan istilah jeger yang kemudian media memperluasnya menjadi preman, tak perlu dimaknai secara dangkal. Masyarakat agar tidak terjebak stigma preman yang selama ini terbentuk.
Sebab, lanjut Azmi, belum tentu seorang preman semua jahat. Bahkan, katanya, boleh jadi mereka bakal jadi pahlawan dengan mendorong kedisiplinan warga dan konsumen pasar.
“Jadi fokus pada tujuan, substansi yang mau dituju atas harapan Kapolri. Yaitu demi kesehatan dan keselamatan manusia,” katanya.
“Dengan mengajak semua kelompok masyarakat dari berbagai lapisan manapun dan sekaligus diajak berperan nyata guna mencegah penyebaran agar tidak menjadi klaster baru Covid-19,” lanjut Azmi.
Azmi menilai, menjadikan tokoh yang dipandang dalam komunitas menjadikan perintah, ajakan, dan anjuran menjadi lebih efektif. Bahkan, seringkali tanpa harus memberikan ancaman atau sanksi jika tokoh terpandang di komunitasnya melakukan suatu tindakan, akan langsung dicontoh oleh anggota komunitas
“Harus dipahami bahwa dalam setiap komunitas selalu ada tokoh-tokoh yang dipandang dan menjadi panutan,” imbuhnya.
Dalam sosiologi, ucap Azmi, hal ini dapat terjadi karena masyarakat kita secara mayoritas diikat oleh hubungan relasi patron and client atau relasi saling tergantung.
Menurut Azmi, pernyataan Wakapolri ini dipahami sebagai ajakan agar semua elemen bisa patuh pada protokol kesehatan, kalau tidak patuh maka minta bantuan kepada tokoh setempat atau tokoh komunitas.
Kalau di pasar ada jeger, sambungnya, di komunitas lain ada tokoh yang lain. Jadi bukan soal preman, tetapi siapa saja yang berpengaruh di lingkungkungannya agar patuh anjuran, ajakan kepada protokol Covid-19 menjadi lebih efektif.
“Jadi bukan soal preman tetapi kepada seluruh tokoh komunitas apa saja. Apalagi ada realitas preman pensiun, preman sadar ini fenomena yang ada di kehidupan. Jadi ayo kita patuhi protokol kesehatan, karena ancaman Covid-19 itu nyata. Kalau perlu tanpa harus berdebat, siapa penyampai kebaikan itu,” tandas Azmi.