Techno

Mesin CEIR Kepenuhan IMEi, Vendor Ponsel Terancam Terblokir

Channel9.id-Jakarta. Penerapan aturan IMEI tidak selamanya mulus. Diberitakan bahwa database mesin Centralized Equipment Identity Register (CEIR) yang menampung IMEI kepenuhan sehingga memicu masalah.

Akibatnya, vendor ponsel tak bisa mendaftarkan IMEI produk barunya. Alhasil, jika demikian, ponsel yang dipasarkan malah bisa diblokir dan tak bisa mengakses jaringan seluler.

Salah satu solusi dari Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) ialah dengan melakukan pembersihan database IMEI. Nantinya, nomor IMEI yang tak aktif akan dihapus dari sistem, sehingga yang tersimpan di mesin CEIR hanya perangkat aktif..

“Ada beberapa opsi. Operator pun harus melihat IMEI mana yang aktif dan tidak. Jadi hanya IMEI yang aktif yang tetap ada CEIR,” jelas Direktur Industri Elektronika dan Telematika (IET) Kemenperin Dini Hanggandari.

Baca juga : Pengamat Sebut Dampak Omnibus Law Bagi TIK

“Kemenperin juga sudah membuat surat untuk pelaku usaha untuk mengajukan laporan realisasi. Karena ini akan dimasukkan ke CEIR yang ada di TPP Produksi dan TPP Impor. Selama ini ‘kan mengajukan TPP, tapi realisasi kurang diperhatikan. Kapasitas CEIR ini terbatas, di mana yang memasukkan ini tidak hanya Kemenperin, ada Bea Cukai,” terangnya .

Jika opsi ini diimplementasikan, maka ponsel-ponsel yang sudah didaftarkan namun tak laku dijual, akan dihapus IMEI-nya dari database.

“Misalnya brand Z membuat ijin untuk jual ponsel 10rb unit dan memasukkan daftar IMEI nya. Namun kemudian ternyata hanya laku 6000 unit yang digunakan. Berarti 4000 unit yang tak laku dan hanya menempati data server. Nah, ini rencananya dibuang,” jelas pengamat gadget Lucky Sebastian.

Namun, jika hal ini ternyata tak mencukupi, maka sasaran selanjutnya adalah ponsel yang sudah lama tak diaktifkan.

“Kan awalnya data IMEI ini diisi oleh IMEI dari ponsel yang berumur 5 tahun sampai sekarang, mungkin saja pembersihan berikutnya akan dikurangi ke 4 tahun atau 3 tahun tergantung pemerintah,” tambahnya.

Menurut Lucky, ada opsi lain, yaitu menambah kapasitas. Hal ini, kata dia, bisa dilakukan tanpa mengganggu sistem yang sudah berjalan.

“Kalau saya baca di penyedia perangkat EIR global, ketika kurang kemampuan kapasitasnya, bisa ditambah lagi langsung kok alatnya tanpa mengganggu yang sedang berjalan,” ungkap dia.

Kendari begitu, jika opsi ini diambil, akan ada biaya tambahan yang diperlukan. “Jadi ada kemungkinan bisa saja CEIR juga demikian, kalau tidak mau hapus ya, tambah lagi, tapi berarti keluar biaya lagi,” ujar Lucky.

(LH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

7  +  2  =