Hot Topic Politik

Guz Sholeh Mz: Waspada Penumpang Gelap di Pilkada 2020

Channel9.id-Jakarta. Aktivis Kebangsaan Gus Sholeh Mz mengingatkan, bahaya adanya penumpang gelap dalam kontestasi Pilkada Serentak 2020. Penumpang gelap itu perlu diwaspadai karena memanfaatkan momentum politik elektoral untuk kepentingan ideologis.

Gus Sholeh menegaskan penumpang gelap adalah kelompok yang ingin memanfaatkan ketegangan politik ditengah Pandemi Covid-19 dalam Pilkada Serentak 2020. Tujuannya adalah mengacaukan negara.

“Siapa saja penumpang gelap itu? Mereka para pengusung Khilafahisme berlatar belakang simpatisan HTI, kelompok keagamaan radikal bahkan ada kelompok teroris seperti Jamaah Anshorud Daulah (JAD), Jamaah Anshorut Tauhid (JAT) dan Jamaah Anshorus Syariah (JAS),” kata Gus Sholeh Mz berdasarkan keterangannya, Sabtu (10/10).

Baca juga: Polri Tangani 13 Perkara Dugaan Tindak Pidana Pilkada 2020

Gus Sholeh Mz pun mengingatkan para elit politik dan para paslon Pilkada Serentak 2020 supaya membersihkan diri dari kelompok anti-pancasila tersebut.

“Intensitas narasi dari elite politik dan pendukungnya untuk mendelegitimasi proses dan hasil Pilkada Serentak 2020, melalui reproduksi hoaks, misinformasi dan disinformasi telah melahirkan titik-titik kerawanan yang membangkitkan sel-sel tidur jaringan teroris. Ini sangat berbahaya,” tegasnya.

Karena itu, para elite politik, Paslon Pilkada dan publik harus ikut memelihara kondusivitas sosial-politik dengan menahan diri dari melakukan tindakan yang dapat meningkatkan kerawanan keamanan. Terlebih, saat ini pandemi Covid-19 masih menunjukan kurva yang terus meningkat.

“Stop produksi hoaks, misinformasi dan disinformasi. Hentikan ujaran kebencian serta provokasi. Apalagi nantinya menjelang pengumuman resmi hasil Pemilu Pilkada Serentak 2020 oleh KPU,” katanya.

Menurut Gus Sholeh, penumpang gelap itu berbahaya bagi demokrasi. Gus Sholeh pun menjelaskan tiga ciri penumpang gelap dalam Pemilu.

Pertama, kelompok ini melakukan delegitimasi terhadap penyelenggara pemilu dengan cara-cara di luar prosedur demokrasi yang sudah disepakati.

“Misalnya menyebarkan hoaks dan berita bohong di media sosial dengan berbagai jenis kebohongan. Selain itu, memprovokasi masyarakat agar menduduki gedung KPU,” ujarnya.

Kedua, kelompok ini tidak mempunyai basis data yang valid dan kuat yang bisa dipertanggungjawabkan dalam melakukan tuduhan maupun klaim. Ketika ditanya bukti, mereka akan menyodorkan fakta fakta yang sebenarnya bukan bukti.

“Misalnya tuduhan kecurangan karena ada 500-an anggota KPPS yang meninggal dunia, disaat Pilpres 2019 lalu. Padahal investigasi dari Kementerian Kesehatan membuktikan bahwa yang meninggal memang sudah mengidap sakit,” lanjutnya.

Ketiga, penumpang gelap ini mempunyai tujuan Indonesia supaya konflik. Jika konflik terjadi, mereka mengambil keuntungan dan berpeluang menawarkan solusi selain sistem Demokrasi.

“Tawaran ideologi alternatif itu tidak akan bisa diterima rakyat kalau situasi Indonesia damai dan rukun. Karena tujuan mereka konflik, maka fakta dan kebenaran apapun akan mereka tolak supaya terjadi distrust publik terhadap pemerintah yang sah,” tandasnya.

HY

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

5  +  2  =