Channel9.id-Jakarta. Pengembang aplikasi Muslim Pro menepis tudingan yang menyebutkan pihaknya menjual data pengguna kepada pihak ketiga. Muslim Pro mengatakan bahwa tudingan tersebut tak berdasar.
Untuk diketahui, Muslim Pro ialah aplikasi pengingat waktu salat yang juga menyajikan 30 juz Al Quran lengkap dengan tulisan Arab. Aplikasi ini disebut dikembangkan untuk mempermudah jutaan umat Muslim di seluruh dunia dalam beribadah dan telah berkembang di 10 tahun belakangan ini.
“Kami tidak pernah menyediakan data non-anonim kepada pihak ketiga,” pungkas Head of Community Muslim Pro Zahariah Jupary, Senin (23/11).
Menurut keterangan Zahariah, X-Mode Social, Inc. tak lagi bekerja sama dengan Sierra Nevada Corporation and Systems & Technology Research—yaitu perusahaan yang dilaporkan media sebagai kontraktor pihak militer Amerika Serikat (AS), jauh sebelum Muslim Pro bekerja sama dengan X-Mode Social, Inc. sebagai mitra data.
Baca juga : Jika Tak Ada Penjelasan, Kominfo Ancam Blokir Muslim Pro
Ia mengatakan bahwa X-Mode Social, Inc. mengonfirmasikannya kepada Muslim Pro pada 17 November 2020.
Guna meyakinkan pengguna dan menyelesaikan masalah tersebut, Zahariah mengatakan, Muslim Pro akan menginvestigasi penuh secara resmi kepada berbagai pihak yang terlibat. Pun akan menunjuk pengacara guna membantu proses investigasi.
“Kami juga akan melakukan tindakan yang dibutuhkan jika mendapati adanya penyalahgunaan kepercayaan kami dan para pengguna kami. Kami yakin bahwa pada akhirnya kebenaran akan terungkap seiring tindakan hukum yang dijalankan dan diharapkan dapat meluruskan semua pemberitaan tersebut,” tandas dia.
Zahariah pun meminta maaf kepada penggunanya atas keresahan dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan. Lebih lanjut, ia mengklaim bahwa pihaknya berkomitmen untuk memastikan seluruh pengamanan sehingga pengguna bisa terus memanfaatkan layanan Muslim Pro yang aman dan berkualitas.
Muslim Pro kini tengah bekerja sama dengan berbagai pihak dan otoritas yang relevan dan berkepentingan, untuk secara transparan mengungkapkan fakta terkait tuduhan yang menimbulkan keresahan dalam komunitasnya.
Diketahui sebelumnya, laporan dari Motherboard yang dikutip Vice menyebutkan, aplikasi yang telah diunduh lebih dari 98 juta pengguna itu rupanya melacak lokasi pengguna dan menjual datanya ke militer AS.
Disebutkan pula bahwa militer AS membeli data Muslim Pro melalui salah satu pialang data pihak ketiga tersebut.
(LH)