Channel9.id-Jakarta. Pelaku Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) hingga perusahaan rintisan dinilai memerlukan pemanfaatan big data dan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).
Data Driven Transformation for businesses Rosebay Group, Aaja Baruwal, menuturkan bahwa di Indonesia masih banyak UMKM yang merasa tak relevan dengan big data dan AI. Sebab mereka merasa perusahaannya masih baru dan memiliki sedikit data tentang konsumen.
“Padahal teknologi AI bisa melakukan melakukan prediksi hingga rekomendasi tentang perilaku konsumen. Jadi, siapapun bisa mendapatkan keuntungan dengan AI,” terang Aaja, Kamis (26/11).
Baca juga : Mesin CEIR Nyaris Penuh, Kominfo: Pemerintah Akan Tambah Kapasitasnya
Padahal menurut Founder dan Executive Chairman Rosebay Group Rohit Kumar, data yang diintegrasikan dengan kecerdasan buatan akan menjadi data pintar atau smart data. Smart data ini-lah yang bisa memberi banyak manfaaat bagi bagi perusahaan. Misalnya dengan mengurangi risiko diambilnya keputusan yang salah, efisiensi, rekomendasi, hingga pemasaran.
“Dengan data, kita bisa mengirim iklan SMS atau email ke konsumen. Dibantu kecerdasan buatan, kita bisa menentukan apakah iklan SMS dan email tersebut benar-benar terkirim sesuai ke konsumen yang sesuai,” jelas Rohit.
Rohit berpendapat, big datadan teknologi AI di Indonesia adalah wilayah baru. Padahal kebutuhan terhadapa smart data terbilang sangat tinggi.
“Di Indonesia ada banyak peluang untuk mengolah data dengan baik. Karena banyak perusahaan yang masih mengolah datanya secara manual,” ujar Rohit. Sementara itu, teknologi AI saat ini hanya digunakan oleh perusahaan e-commerce atau perbankan besar.
Lebih lanjut, Rohit mengatakan bahwa Rosebay ingin big data dan teknologi AI bisa lebih merata hingga ke UMKM dan startup. “Kami ingin mewujudkan lebih banyak lagi perusahaan yang berorientasi pada data (data driven organization) dalam menjalankan bisnis mereka,” sambungnya.
Untuk beralih ke big data dan AI, Rohit memaparkan ada sejumlah hal yang harus dilakukan. “Pertama, departemen IT harus bisa mengkomunikasikan dampak adopsi teknologi baru seperti big data dan AI terhadap bisnis kepada manajemen C-level di perusahaan,” jelasnya.
Kedua, mulailah dengan project-project kecil yang bisa memberi hasil positif, sebelum melakukan perubahan besar terhadap perusahaan. Ketiga, adopsi teknologi dilakukan bertahap diiringi analitik sebagai bagian dari prosesnya.
“Hindari transformasi tunggal. Sebagian besar perusahaan IT/konsultan lebih suka Anda melakukan investasi besar tunggal karena mereka akan dibayar lebih banyak. Kami tidak merekomendasikan pendekatan ini,” pungkas Rohit.
(LH)