Channel9.id-Jakarta. Unjuk rasa besar-besaran sudah berlangsung selama sembilan hari, meminta pihak militer Myanmar membebaskan Aung San Suu Kyi. Militer menggunakan kendaraan lapis baja untuk berjaga di jalan-jalan Myanmar dan memutus akses Internet yang membuat ketakutan bagi masyarakat Myanmar.
Militer menambah pasukan ke pembangkit listrik di daerah utara Kachin, untuk mengamankan para pengunjuk rasa. Beberapa saksi mengatakan tentara ini berencana untuk memadamkan listrik, pada Minggu pagi (14/2/2021).
Petugas keamanan mulai menembaki para pengunjuk rasa di Myitkyina, Ibukota Kachina, untuk membubarkannya, video amatirnya sudah tersebar luas di media sosial Facebook. Belum jelas peluru apa yang digunakan oleh para petugas keamanan.
Saat sore hari, kendaraan lapis baja pun mulai ikut turun ke jalan di Yangon, Myitkyina dan Sittwe.
Truk-truk polisi dan juga empat watercannon dikerahkan di Sule Pagoda di Yangon, yang merupakan tempat pusat para demonstran berunjuk rasa, Senin (15/2/2021).
Pemerintah Myanmar masih belum bisa dimintai kejelasannya. Pengawas HAM dari PBB untuk Myanmar memperingatkan para jenderal bahwa mereka akan bertanggung jawab atas segala “kekerasan yang dilakukan terhadap masyarakat Myanmar”.
“Ini seperti para jenderal mau berperang dengan masyarakat Myanmar,” tweet Tom Andrew. “Ini adalah tanda keputusasaan. Ingat baik-baik para jenderal: “Kalian akan dimintai pertanggungjawabannya.”
Kedutaan besar dari negara-negara barat dari Uni Eropa, Inggris, Kanada, dan 11 negara lainnya – mengeluarkan pernyataan kepada militer Myanmar untuk “Tidak melakukan tindak kekerasan terhadap demonstran dan masyarakat sipil lainnya”.
“Kami mendukung masyarakat Myanmar dalam usahanya untuk mendapatkan kembali demokrasi, kebebasan, kedamaiaan dan kesejahteraannya. Kami bersamamu,” ujar pernyataan dari kedutaan Amerika.
(RAG)