Channel9.id-Iran. Presiden terpilih Iran, Ebrahim Raisi untuk pertama kalinya membahas hubungannya dengan eksekusi masal yang ia jatuhkan kepada para tahanan politik di tahun 1988 saat ia menjabat sebagai wakil kejaksaan Tehran, Selasa (22/6/2021).
Tak lama setelah berakhirnya perang delapan tahun antara Iran-Iraq, Raisi adalah salah satu anggota “komisi kematian” yang memerintahkan penculikan dan pengeksekusian ribuan tahanan.
Banyak dari mereka adalah anggota Mujaheddin-e-Khalq (MEK), sebuah organisasi yang mendorong perubahan rezim Iran. Saat itu MEK melakukan serangan milisi ke tanah Iran walaupun PBB sudah menyerukan kedua belah pihak untuk segera berhenti berperang.
Baca juga: PM Israel Kecam Terpilihnya “Sang Jagal” Presiden Baru Iran
Saat ditanya mengenai eksekusi yang terkenal tersebut pada pers konferensi di hari Senin, Raisi tidak secara langsung mengkonfirmasi ataupun membantah tuduhan tersebut.
“Segala hal yang saya lakukan saat itu adalah untuk melindungi HAM,” ujarnya.
Dia menambahkan, “Saya sudah mengurus mereka yang mengganggu HAM orang lain dan ikut terjun langsung ke Daeshi dan memberantas gerakan-gerakan yang mengancam keamanan negara”.
“Jika ada ahli hukum, hakim atau kejaksaan yang sudah mempertahankan hak orang banyak dan keamanan publik, dia seharusnya dipuji dan terus didorong untuk mempertahankan keamanan negara dari segala ancaman dan serangan,” pungkasnya.
Selain itu, dia juga mengatakan kalau ia bangga karena sudah selalu mempertahankan HAM dan berjanji akan terus melakukannya.
Amnesti Internasional pada awal minggu ini memperbarui seruan untuk Raisi agar disidang kembali karena kejahatan kemanusiaan.
Raisi adalah orang Iran pertama yang menjadi presiden walaupun masih dibawah sanksi Amerika Serikat setelah AS di tahun 2019 mengutuk tindakan eksekusi masal.
Dia juga mengatakan kalau dia dan Iran sekarang juga dapat menyerukan pelanggaran HAM oleh negara lainnya dan mengajak untuk menghakimi mereka yang mendanai kelompok teroris di dunia.
(RAG)