Channel9.id-Afghanistan. Lebih dari 2,200 diplomat dan warga sipil telah meninggalkan Afghanistan, ungkap seorang tentara keamanan AS kepada Reuters, pada hari Rabu (18/8/2021). Mereka masih terus mengupayakan proses evakuasi setelah Taliban menguasai ibu kota Afghanistan.
Dalam pernyataannya, Taliban mengungkapkan kalau mereka menginginkan perdamaian, bersumpah untuk membalas dendam ke musuh-musuh lamanya dan akan menghargai hak asasi wanita yang sesuai dengan ajaran Islam. Walaupun begitu, ribuan warga Afghanistan, yang kebanyakan dari mereka pernah membantu AS, berbondong-bondong pergi ke bandara untuk pergi.
“Kami terus melakukan proses evakuasi ini dengan momentum yang cepat, tidak ada hambatan dalam pendistribusian logistic dan sekarang kita sudah mengevakuasi sekitar 2,200 diplomat, petugas keamanan asing dan warga Afghanistan yang pernah bekerja dengan kami,” ujar si petugas.
Ia mengatakan masih belum jelas kapan penerbangan sipil dapat mulai lanjut kembali. Ia juga tidak menjelaskan secara detil berapa banyak warga Afghanistan dari angka 2,200 tersebut ataupun apakah angka tersebut termasuk 600 warga Afghanistan yang memadati kapal cargo C-17 di hari Minggu kemarin.
Kelompok Taliban, yang berjuang untuk mengusir pasukan asing dari tahun 2001, berhasil menduduki istana kepresidenan karena melakukan operasi penaklukan yang cepat setelah pasukan asing resmi mengumumkan untuk menarik pasukannya dari Afghanistan.
Pasukan AS yang beroperasi di bandara Kabul terpaksa harus menunda penerbangan di hari Senin setelah ribuan warga Afghanistan yang ketakutan menyerbu bandara agar bisa pergi meninggalkan negaranya. Penerbangan evakuasi kembali dilanjutkan pada hari Selasa setelah situasi sudah aman terkendali.
Setelah mengambil alih kekuasaan, kelompok Taliban menyatakan kalau salah satu pemimpin dan pendirinya, Mullah Abdul Ghani Baradar, akan kembali ke Afghanistan untuk pertama kalinya sejak 10 tahun lalu.
Baradar ditangkap di Pakistan pada tahun 2010, namun kembali bebas di tahun 2018 atas permintaan dari mantan presiden AS Donald Trump agar ia bisa ikut hadir dalam diskusi perdamaian.
Selain berita kembalinya salah satu pendiri mereka, kelompok Taliban yang mengadakan konferensi pers pertamanya sejak kembali ke Kabul menyatakan kalau mereka akan menerapkan hukum yang lebih toleran daripada masa kepemimpinan mereka di tahun 1996-2001.
“Kami tidak ingin mencari musuh di luar,” ujar juru bicara utama Taliban, Zabihullah Mujahid kepada para wartawan.
“Para wanita akan diperbolehkan untuk bekerja dan belajar, mereka akan memiliki peran yang sangat aktif di masyarakat, namun tentu dalam batasan hukum-hukum syariat Islam,” tambahnya.
(RAG)