Nasional

Ahli Epidemiologi: Jangan Terlalu Optimis, Vaksin Corona Masih Panjang Prosesnya

Channel9.id-Jakarta. Uji coba vaksin Covid-19 asal China, Sinovac pada awal Agustus disebut Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia, Pandu Riono menjadi kabar baik. Namun Pandu mengingatkan, agar jangan terlalu optimis mengingat uji coba fase 3 sangat kritis karena diberikan kepada manusia. Ia pun menyebut, jika memberikan efek proteksi di bawah 60 persen maka dianggap tidak efektif.

“Ini harapan, tapi jangan terlalu optimis. Karena uji fase 3 ini adalah fase kritis. Kita ingin mengevaluasinya, jadi vaksin tersebut efektif atau tidak,” tutur Pandu, Kamis (23/07).

Pandu juga mengingatkan, ketersediaan vaksin ini masih panjang perjalanannya. Karena hanya sekitar 10 persen uji 3 ini yang berhasil efektifitasnya. Dia juga mengatakan agar masyarakat tidak terlalu antusias dan menunggu dengan sabar.

“Tunggu dulu sebelum terbukti efektif, jangan pikirkan mau produksi,” katanya.

Selain itu, Pandu mengingatkan bahwa Biofarma jangan terburu-buru menjanjikan untuk memproduksi massal. Sebab, kata dia, telah banyak kandidat vaksin-vaksin di dunia yang sudah diuji.

“Kandidat vaksin covid-19 secara global, pra-klinis 140, fase I 19, fase II 11, fase III 3. Sudah disetujui 0 (nol),” kata Pandu dalam cuitannya di Twitter.

Meskipun begitu, Pandu berharap calon vaksin Sinovak dari China bisa efektif. Selain Indonesia, sejumlah negara yang memperoleh vaksin dari Sinovac di antaranya Brasil dan Bangladesh. Pandu mengatakan rencana uji coba vaksin Covid-19 di Indonesia sudah direncanakan jauh hari. Karena, jumlah sampel sudah langsung ditentukan sebanyak 1.620 orang.

Menurutnya, pemerintah Indonesia harus memperhatikan sejumlah hal terkait uji klinis yang akan dilakukan terhadap kandidat vaksin ini. Dia mengatakan menjadikan Indonesia sebagai lokasi uji klinis kandidat vaksin akan menguntungkan bila nantinya diperbolehkan memproduksi sendiri vaksin ini untuk digunakan kepada masyarakat. “Tergantung kesepakatannya,” ujar dia.

Lebih lanjut Pandu mengatakan, protokol uji klinis yang akan dilakukan juga harus ketat. Pemerintah, lanjutnya, harus menjelaskan bagaimana uji klinis dilakukan, misalnya dalam hal pemilihan sampel.

Tempat pengujian sebaiknya tidak hanya dilakukan di Bandung, melainkan juga di sejumlah daerah lain. Sampel pembanding juga harus diterapkan supaya hasil uji klinis calon vaksin Covid-19 bisa akurat. “Itu mempengaruhi hasil,” pungkas Pandu.

IG

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

67  +    =  75