Oleh Rudi Andries (Peneliti Senior Lembaga Pengkajian Strategis Indonesia/Lapeksi)
Jakarta. Dampak ikutan dari Pandemic Corona, Covid-19, adalah bayang-bayang terjadinya resesi ekonomi dunia. Akankah krisis ekonomi global ini akan mengkandaskan mata uang fiat, seperti US Dollar yang sudah merajai ekonomi dunia setengah abad lamanya?
Sejarah mata uang fiat, justeru bermula di Tiongkok, lebih dari 1000 tahun lalu. Dari Tiongkok pula, banyak para futurolog yang memprediksikan mata uang fiat seperti Dollar akan mengakhiri masa jayanya.
Jika ramalan para ahli strategi global itu terjadi, tentu saja ini bukan persoalan remeh-temeh. Apalagi bagi dunia. Termasuk dengan Indonesia yang sudah terlalu terikat dengan mata uang dollar Amerika dalam pembiayaan eksport import maupun pinjaman kepada lembaga internasional.
Kita bisa melihat, kenyataan bahwa Dollar itu pada dasarnya sudah bukan alat pembayaran lagi. Dollar itu sudah menjadi barang dagangan yang nilainya diatur oleh penguasa pasar uang. Itu karena dollar Amerika sudah dilepas dari sandaran lamanya: emas, sejak 50 tahun lalu.
Akhirnya dollar menjadi mata uang dunia. Mata uang lain yang mencoba melepaskan diri dari dollar terbukti tidak kuat. Bahkan, ketika Eropa bersatu dengan membentuk mata uang bersama Euro, masih saja belum bisa mengalahkan dominasi dollar.
Ini pula yang menyebabkan, setiap kali Amerika terkena krisis ekonomi selalu bisa keluar dengan baik. Berbeda dengan negara lain yang begitu kedodoran jika dihantam badai krisis. Itu karena dollar. Karena Amerika bisa mencetak uang tanpa menyebabkan inflasi di dalam negeri. Inflasinya ditanggung bersama oleh seluruh dunia pengguna dollar, termasuk kita.
Jangan-jangan stimulus hampir 3 triliun dollar untuk melawan Covid-19 di Amerika itu pun diambil dari pencetakan dollar baru?.
Rasanya enak betul, Itu karena dollar sudah jadi mata uang dunia. Jumlah uang dollar yang beredar di luar Amerika setidaknya sama besar dengan yang di Amerika. Itulah sebabnya banyak negara ikut tersiksa oleh nilai tukar dollar.
Salah satu penantang kuat atas mata uang dollar, adalah Tiongkok. Bahkan Presiden Donald Trump yang marah besar dengan Organisasi Kesehatan Dunia, sampai menghentikan bantuan AS kepada WHO karena dianggap tidak transparan soal bahaya Covid-19, sehingga Amerika tidak terlalu siap dan itu menguntungkan saingan berat Amerika di bidang ekonomi yaitu China. Dan, Tiongkok, menunjukkan gejala akan keluar dari sistem dollar itu, dalam arti yang sesungguhnya.
Tiongkok sudah menegaskan mata uang digitalnya itu tidak akan bisa dipakai spekulasi. Sampai-sampai para pedagang uang internasional kecewa: apa asyiknya kalau uang tidak bisa dipakai permainan spekulasi?
Mata uang Yuan digital itu akan kembali ke doktrin uang yang sebenarnya yakni uang sebagai alat pembayaran. Yuan digital itu akan kembali disandarkan pada emas. Jadi, memang berbeda dengan dollar secara hakiki.
Langkah China ini untuk mematahkan penjajahan mata uang dollar terhadap dunia. Karena Amerika sudah terlalu lama menggunakan dollar bukan sekedar alat pembayaran murni, tapi alat yang digunakan sesukanya untuk kepentingan ekonomi dan politik Amerika di dunia.
Inilah langkah China ini yang paling ditakuti Trump, setelah perdagangan murni dan lomba teknologi Amerika nampak keteteran.