Channel9.id-Jakarta. Hasil penelitian dari Scripps Research Institute, Florida, Amerika Serikat (AS) menemukan bahwa varian mutasi virus corona, yaitu D614G, lebih menular dari para leluhurnya.
Mereka menemukan bahwa mutasi mempengaruhi spike protein, yaitu struktur di luar virus yang digunakannya untuk masuk ke dalam sel. Menurut mereka, perubahan pada virus itu memiliki arti penting untuk pandemi jika nantinya terkonfirmasi.
Virolog Scripps Research Hyeryun Choe menuturkan, ada serangkaian percobaan yang telah dilakukan untuk memastikan adanya mutasi virus SARS-CoV-2. Hasilnya, mutasi memberi lebih banyak spike dan membuatnya lebih stabil. Lewat percobaan itu, kata dia, mutasi D614G membuatnya lebih mudah untuk masuk ke dalam sel.
Choe dan rekannya sejauh ini mengirim makalah mereka ke William Haseltine, seorang ahli virologi sekaligus pengusaha bioteknologi dan ketua Access Health International. Haseltine percaya temuan itu memberi penjelasan mengapa penyebaran virus corona mudah terjadi di Amerika.
“Penelitian ini menunjukkan virus bisa berubah, perubahan yang menguntungkan atau merugikan kita,” tutur William Haseltine, virolog, pengusaha bioteknologi, dan Ketua Access Health International.
Haseltine pun menduga bahwa mutasi virus tersebut telah berubah menjadi 10 kali lebih menular pada pertengahan Januari lalu.
Kendati bermutasi, virus corona varian itu belum tentu menjadi lebih mematikan. Pun belum ditemukan bukti jika varian ini bertanggung jawab atas peningkatan infeksi virus ini di dunia
Sejumlah ilmuwan memang sepakat dengan temuan tersebut. Namun, penelitian tersebut belum ditinjau ulang oleh peneliti lain (peer review). Oleh karena itu, para peneliti mengaku perlu meneliti lebih jauh untuk mengetahui apakah mutasi virus ini akan mengubah keganasan penularan virus atau tidak.
Diketahui, peningkatan infeksi harian Covid-19 di dunia saat ini kian meningkat, terutama di negara-negara seperti Brazil, India, Rusia, dan AS. Sementara itu, ada negara-negara lain yang berhasil mengurangi penularannya.
Sebagai informasi, dilansir dari BGR, vaksin dan sejumlah obat antivirus yang tengah dikembangkan saat ini akan menargetkan protein spike itu untuk mencegah virus berkaitan dengan reseptor. Sehingga, mutasi besar pada protein spike dapat mencegah kedua pengobatan itu bekerja.
(LH)