Amerika Serikat Khawatir Ada Potensi Bisnis Senjata Korea Utara–Rusia
Internasional

Amerika Serikat Khawatir Ada Potensi Bisnis Senjata Korea Utara–Rusia

Channel9.id – Jakarta. Negara-negara barat menaruh perhatian dan kekahwatiran terhadap perjanjian jual beli senjata antara Rusia dan Korea Utara. Presiden Rusia Vladimir Putin dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong un membahas Kerjasama kedua negara di bidang militer di pertemuan pada Rabu (13/09/2023).

Pemimpin Korea Utara dan Rusia bertemu untuk membahas kerjasama di bidang ekonomi, militer, dan geopolitik. Merespon ini, negara-negara barat menaruh kekhawatiran terkait bisnis senjata antara kedua negara.

CNBC menyebut bahwa pejabat Gedung putih dan analisa politik khawatir bahwa kerjasama Korea Utara – Rusia akan semakin dalam dan mencemaskan. Salah satu bentuk kekhawatirannya adalah kemungkinan Pyongyang mensupplai Rusia dengan munisi artileri, roket, senjata anti misil, dan senjata api untuk perang di Ukraina. Sebagai timbal baliknya, hal ini menjadi insentif ekonomi untuk Korea Utara.

Pada Agustus lalu, juru bicara komite keamanan nasional John Kirby menyebut bahwa Tindakan Korea Utara terkait penjualan senjata melanggar resolusi komite keamanan PBB.

“Kami menekankan untuk DPRK (Republik Rakyat Demokratis Korea) untuk menghentikan negosiasi senjata dengan Rusia dan mengikuti komitmen public yang Pyongyang buat untuk memberikan atau memproduksi penjualan senjata.

Baca juga: Presiden Rusia Vladimir Putin Terima Undangan Kim Jong Un

Sebelumnya, Presiden Rusia dikabarkan telah sepakat untuk menerima undang kunjungan ke Korea Utara. Media resmi negara Korea Utara melaporkan bahwa presiden Russia telah menerima undangan Kim Jong Un untuk mengunjungi Korea Utara. KNCA juga menyebut keduanya pemimpin telah sepakat untuk memperkuat strategi dan tatik kerjasama untuk berhadapan dengan ancaman, provokasi, dan tirani imperalis.

“Putin telah menerima undangan dengan suka hati dan mengonfirmasi itikad baiknya untuk melanjutkan sejarah dan tradisi dalam persahabatan antara Rusia dan Republik Rakyat Demokratik Korea,” dikutip dalam KCNA pada kamis.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

68  +    =  75