Hot Topic

Anggota DPR Sebut Banjir di Bali Akibat Buruknya Sistem Drainase

Channel9.id – Jakarta. Anggota Komisi XIII DPR Iman Sukri menyoroti banjir besar di sejumlah daerah di Bali yang terparah dalam 10 tahun terakhir. Menurutnya, salah satu penyebab banjir di Bali kali ini berasal dari tata kelola lingkungan dan sistem drainase yang buruk.

“Banjir yang terjadi bukan sekadar musibah alam, tetapi juga akibat dari lemahnya sistem drainase dan kurangnya area resapan. Pemerintah Provinsi Bali harus segera memperbaiki sistem drainase dan memperbanyak ruang terbuka hijau sebagai area resapan,” kata Iman dalam keterangannya, Kamis (11/9/2025).

Ketua DPW Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Bali itu menilai, selain tata kelola lingkungan dan sistem drainase yang buruk, kepatuhan tata ruang juga harus menjadi perhatian serius bagi Pemerintah Provinsi Bali.

“Kami mendesak pemerintah untuk bersikap tegas menertibkan bangunan yang menyalahi aturan. Jika dibiarkan, potensi bencana akan terus berulang dan merugikan masyarakat luas,” ujar Iman.

Ia menegaskan, penanganan banjir harus dilakukan secara menyeluruh, mulai dari perencanaan tata kota, hingga pengawasan pembangunan.

“Termasuk edukasi masyarakat agar lebih peduli menjaga lingkungan ini juga penting disosialisasikan,” jelasnya.

Pemerintah Kota Denpasar resmi menetapkan status tanggap darurat bencana banjir, menyusul tingginya curah hujan yang mengguyur wilayah tersebut sejak Selasa (9/9/2025) malam hingga Rabu (10/9/2025). Hujan ekstrem yang terjadi lebih dari 24 jam mengakibatkan banjir di sejumlah titik dengan ketinggian air bervariasi.

Hingga Jumat (12/9/2025) pukul 06.00 WITA, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali mencatat jumlah korban yang ditemukan meninggal dunia akibat banjir besar di Bali ini mencapai 18 orang.

“Total meninggal dunia 18 orang, dari Kota Denpasar 12, Kabupaten Gianyar tiga, Kabupaten Jembrana dua, dan Kabupaten Badung satu orang,” kata Kepala Pelaksana BPBD Bali, I Gede Agung Teja Bhusana Yadnya, di Denpasar, dikutip dari Antara, Jumat (12/9/2025).

Selain 18 korban tersebut, masih terdapat dua orang lainnya yang masuk daftar pencarian tim SAR gabungan. Proses evakuasi dan pencarian terus dilakukan oleh petugas di lapangan.

Berdasarkan rangkuman BPBD Bali, hingga hari ketiga pagi, terhitung sejak banjir besar melanda beberapa wilayah di Bali pada Rabu (10/9/2025) dini hari, tercatat banjir terjadi di 163 titik, tanah longsor 64 titik, pohon tumbang 35 titik, jembatan putus dua titik, jalan rusak tiga titik, dan tembok jebol 21 titik.

Adapun bencana banjir tersebar paling banyak di ibu kota Provinsi Bali, yaitu Denpasar dengan 81 titik, disusul 15 titik di Kabupaten Gianyar, 12 titik di Kabupaten Badung, 28 titik di Kabupaten Tabanan, 23 titik di Kabupaten Jembrana, dan 4 titik di Kabupaten Karangasem

Kemudian tanah longsor paling banyak terjadi di Tabanan dengan 43 titik, pohon tumbang paling banyak di Tabanan 17 titik, jalan rusak di Bangli dua titik, dan tembok jebol paling banyak di Karangasem 11 titik.

Dari data laporan sementara ini, Agung Teja memperkirakan kerugian atas kerusakan 514 unit bangunan mencapai Rp28.915.360.000 (Rp28,9 miliar).

“Dengan rincian Kota Denpasar 474 los, kios, dan ruko bangunan rusak di Jalan Sulawesi dan Pasar Kumbasari senilai Rp25.537.360.000, Bangli tiga bangunan rusak dengan estimasi kerusakan Rp292.000.000,” ucapnya.

Selanjutnya di Tabanan ditemukan 29 bangunan rusak dengan estimasi kerugian Rp3.086.000.000 (Rp3 miliar), Karangasem enam bangunan rusak dengan nilai kerusakan masih dalam proses penghitungan, dan Gianyar ada bangunan rusak dengan nilai kerusakan yang masih dalam proses penghitungan.

Baca juga: Update Korban Banjir Bali: 18 Orang Meninggal, 2 Masih Hilang

HT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

8  +  1  =