Channel9.id-Jakarta. Discontent atau ketidakpuasan politik menjadi arus besar dunia, dimana-mana discontent telah memantik gelombang konflik, dari Suriah di Timur Tengah, Hongkong di Asia hingga Bolivia di Amerika Latin.
Presiden Joko Widodo, menyebut frasa discontent atau ketidakpuasan dalam sambutannya membuka acara “Rapat Koordinasi Indonesia Maju Pemerintah Pusat dan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah”, di Sentul International Convention Centre, Bogor (13/11/19).
Presiden menyebut, semua aparatur negara untuk memperhatikan masalah-masalah yang kecil dan tidak meremehkannya. Itu karena kalau tidak sensitif masalah ketidakpuasan itu akan berkembang menjadi masalah besar.
Presiden pun mencontohkan apa yang terjadi di Suriah. Di Hongkong demonstrasi akibat ketidakpuasan warga Hongkong atas kebijakan pemerintahnya telah menyebabkan demonstrasi besar-besaran hingga lima bulan lamanya yang membawa Hongkong ke jurang resesi.
“Di Bolivia persoalan pemilu yang tidak diselesaikan dengan baik telah menyebabkan Presiden Evo Morales mundur,” katanya di konferensi aparatur pemerintahan terbesar yang pernah diselenggarakan oleh Kementerian Dalam Negeri itu.
Gelombang discontent yang di Timur Tengah sering disebut dengan Arabic Spring juga telah melanda Asia. Hongkong yang terpicu oleh rancangan undang-undang ekstradisi ke China Daratan yang melahirkan demonstrasi besar hingga lima bulan lamanya hingga kini telah memicu negeri kota itu dilanda resesi ekonomi.
Discontent atau ketidakpuasan, sebagian besar dipicu persoalan politik. Situasi politik yang menyilang sengketa, kerap membuat para aktornya kehilangan pijakan. Dalam literatur Nusantara khususnya dari tatar Melayu, ada nasihat leluhur yang pantas dicamkan dalam syair Gurindam 12 yang penuh nilai-nilai kemanusian, khususnya pasal 11.
Syair Puisi karya Raja Ali Haji yang dimakamkan di Pulau Penyengat, Kepulauan Riau ini patut menjadi rujukan dalam praktek politik Indonesia dan sangat relevan dalam situasi kekinian. Semoga literasi leluhur Nusantara yang meluncur sejak 1854, mampu menjadi penyelamat bangsa, dari saling hujat-menghujat.
Berikut syairnya:
GURINDAM PASAL 11
Hendaklah berjasa kepada yang sebangsa
Hendaklah menjadi kepala, Buang perangai yang cela
Hendaklah memegang amanah, buanglah khianat
Hendak marah, dahulukan hajat
Hendak dimalui, jangan memalui
Hendak ramah, murahkan perangai.