Channel9.id, Jakarta – Sejumlah perusahaan transportasi daring menyuarakan penolakan terhadap wacana perubahan status mitra pengemudi ojek online (ojol) menjadi karyawan tetap. Mereka menilai, kebijakan tersebut berisiko menghilangkan fleksibilitas kerja yang selama ini menjadi daya tarik utama bagi para pengemudi.
Direktur Bisnis Indrive Indonesia, Ryan Rwanda, menegaskan bahwa sebagian besar mitra pengemudi lebih menyukai skema kemitraan karena memberi keleluasaan dalam bekerja. Hasil diskusi kelompok terarah (FGD) yang dilakukan Indrive dalam beberapa bulan terakhir menunjukkan bahwa tidak ada pengemudi aktif yang menyetujui perubahan status menjadi pekerja formal.
“Status driver di Indrive sejajar dengan konsumen. Mereka memilih fleksibilitas, bukan ikatan kerja tetap,” ujar Ryan, dikutip Selasa (20/5/2025).
Ryan menambahkan, pengangkatan pengemudi menjadi karyawan tetap bisa memicu penyusutan besar-besaran jumlah driver. Dari hitungan internal, skenario ini hanya memungkinkan 10–13% mitra untuk dipertahankan, sementara pendapatan mereka juga diperkirakan akan turun hingga 7% per bulan akibat pemangkasan jam kerja.
Hal senada disampaikan oleh Head of Legal Maxim Indonesia, Dwi Putratama. Menurutnya, mengubah skema kemitraan menjadi hubungan kerja formal akan memaksa perusahaan menanggung beban baru seperti gaji bulanan, tunjangan BPJS, hingga asuransi—yang ujungnya berdampak pada berkurangnya lapangan kerja.
“Biaya operasional akan melonjak, dan yang paling terdampak justru para mitra itu sendiri,” ujarnya.
Chief of Public Affairs Grab Indonesia, Tirza R. Munusamy, menekankan bahwa kemitraan masih relevan dengan kondisi sosial ekonomi saat ini. Ia mendorong agar mitra pengemudi tetap diberi dukungan sebagai pelaku UMKM agar fleksibilitas tetap terjaga, sembari mendapatkan akses ke bantuan pemerintah.
“Perubahan status pasti akan mengurangi jumlah pengemudi, dan itu yang perlu dipikirkan matang,” kata Tirza.
Presiden Gojek Catherine Hindra Sutjahyo pun menyampaikan pandangan serupa. Menurutnya, sekitar 50% mitra Gojek tidak memiliki pekerjaan tetap dan memanfaatkan platform untuk mencari penghasilan harian. Banyak dari mereka adalah mahasiswa, ibu rumah tangga, hingga pekerja sambilan yang sangat bergantung pada fleksibilitas waktu.
“Kalau dijadikan pekerja tetap, inklusivitas akan terancam. Tidak semua orang bisa menyesuaikan diri dengan sistem kerja penuh waktu,” ujar Catherine. “Justru fleksibilitas inilah yang memungkinkan berbagai kalangan ikut terlibat di ekosistem transportasi online.”