Channel9.id-Jakarta. Arus modal keluar dari pasar keuangan Indonesia mencapai Rp145,28 triliun pada triwulan I-2020 karena imbas wabah Covid-19. “Arus modal keluar tersebut jauh lebih besar dibandingkan periode krisis keuangan 2008 dan taper tantrum 2013,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam keterangaan pers bersama Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Senin, 11 Mei 2020.
Menurut dia, arus modal keluar itu tidak hanya dialami Indonesia tetapi juga negara lain. Arus modal keluar tergolong masif karena kepanikan investor global akibat wabah virus corona.
Sri Mulyani menyebutkan ketika krisis keuangan global pada 2008 arus modal keluar dari Indonesia mencapai Rp69,9 triliun. Pada saat taper tantrum 2013 aliran modal yang keluar dari Indonesia mencapai Rp36 triliun. Taper tantrum merupakan sebutan ketika bank sentral Amerika Serikat, The Fed mengumumkan kebijakan moneter yang menimbulkan gejolak dan menghantam nilai tukar negara lain termasuk rupiah.
“Ini lebih dari dua kali lipat, magnitudenya menjadi perhatian KSSK yang kemudian menjadi bahan dalam pembahasan kami pada pertemuan berkala,” kata Sei Mulyani.
Tidak hanya membuat investor menarik modalnya dari Indonesia, virus corona juga membuat nilai tukar rupiah mengalami eskalasi tinggi. Sri Mulyani menjelaskan pada Februari 2020, nilai tukar rupiah berada pada level Rp 14.318 dan Rp 14.778 per dolar AS pada Maret. Nilai tukar rupiah menyentuh level terendah hingga Rp 16.575 per dolar AS pada 23 Maet 2020.