Channel9.id, Jakarta – Para pemimpin Asia Tenggara menegaskan komitmen bersama untuk menjaga solidaritas kawasan dalam menghadapi tekanan kebijakan tarif Amerika Serikat. Dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN yang digelar di Kuala Lumpur, mereka menyepakati bahwa setiap perjanjian bilateral yang dibuat dengan Washington tidak boleh merugikan anggota ASEAN lainnya.
Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menyebutkan adanya konsensus agar kepentingan kawasan tetap menjadi prioritas dalam negosiasi dengan AS.
“Selama melanjutkan negosiasi bilateral, konsensus menguat untuk menjaga agar keputusan apa pun tidak menimbulkan dampak negatif terhadap negara-negara lain di ASEAN,” ujar Anwar, Rabu (28/5/2025).
Anwar juga mengungkap bahwa dirinya telah menyurati Presiden AS Donald Trump untuk mendorong pertemuan resmi antara ASEAN dan AS guna membahas kebijakan tarif baru yang disebut “Hari Pembebasan”. Kebijakan ini mengancam ekspor dari enam negara ASEAN dengan tarif antara 32% hingga 49% mulai Juli, jika negosiasi tidak menghasilkan kesepakatan.
Dengan gabungan PDB lebih dari US$3,8 triliun, ASEAN menjadi kawasan strategis dengan populasi lebih dari 650 juta jiwa. Namun, ketergantungan pada pasar ekspor AS menempatkan kawasan ini dalam posisi rawan terhadap kebijakan proteksionis.
Dalam kesempatan itu, ASEAN juga meluncurkan rencana strategis lima tahun untuk memperdalam integrasi ekonomi internal sebagai respons atas ketidakpastian global.
KTT tersebut turut dihadiri pemimpin dari negara-negara Teluk dan Perdana Menteri China Li Qiang, yang mendorong ASEAN dan negara Teluk untuk memperkuat liberalisasi perdagangan dan menolak proteksionisme.
“Dunia membutuhkan sistem perdagangan yang terbuka dan stabil dengan WTO sebagai fondasi,” ujar Li Qiang dalam jamuan resmi.
Selain isu perdagangan, ASEAN juga menyuarakan sikap tegas terhadap konflik yang terus berlangsung di Myanmar. Para pemimpin menyerukan perpanjangan dan perluasan gencatan senjata sementara di seluruh wilayah Myanmar, menyusul serangkaian gencatan bersifat lokal pascagempa bumi dahsyat yang menewaskan lebih dari 3.800 jiwa.
“Kami menyerukan penghentian kekerasan sebagai langkah awal untuk membangun kepercayaan dan membuka jalan menuju dialog nasional yang inklusif,” demikian pernyataan resmi ASEAN.
Anwar Ibrahim menegaskan bahwa keterlibatan semua pihak merupakan satu-satunya jalan ke depan, termasuk dialog antara junta militer dan kelompok oposisi. Menurutnya, ASEAN kini berada pada titik di mana komunikasi—meski terbatas—mulai terjadi antara dua pihak yang bertikai.
Myanmar telah mengalami krisis multidimensi sejak kudeta militer 2021 yang menggulingkan pemerintahan sipil. Konflik ini telah menyebabkan lebih dari 3,5 juta warga kehilangan tempat tinggal.