Internasional

AstraZeneca Gagal Penuhi Target Vaksin, Uni Eropa Meradang

Channel9.id-Jakarta. Ketegangan antara produsen vaksin Covid-19 AstraZeneca dengan Uni Eropa semakin meningkat. Sengketa diantara kedua belah pihak dimulai saat AstraZeneca mengabarkan pejabat Uni Eropa terkait pengiriman vaksin Covid-19 dalam beberapa minggu mendatang jumlahnya kurang dari perjanjian sebelumnya.

Sebagai informasi, Komite Uni Eropa telah memesan 400 juta dosis vaksin Covid-19 untuk didistribusikan ke seluruh negara anggota dalam minggu ini.

“Perusahaan farmasi dan produsen vaksin memiliki tanggung jawab moral, sosial, dan kontraktual yang seharusnya mereka pegang,” ujar Komisi Kesehatan Uni Eropa Stella Kyriakides seperti dikutip CNN, Kamis (28/01).

“Pandangan soal perusahaan tidak memiliki kewajiban untuk mengirim (vaksin Covid-19), adalah hal yang tidak bisa diterima. Kita sedang dalam situasi pandemi. Banyak orang meninggal setiap harinya. Ini bukan hanya angka, bukan statistic, mereka adalah manusia, yang memiliki keluarga, teman, dan kolega,”imbuhnya.

Baca juga: Indonesia Berupaya Amankan Suplai Vaksin Covid-19 dari Berbagai Sumber

Teguran keras dari Uni Eropa dipicu oleh pernyataan CEO AstraZeneca Pascal Soriot yang menyebut pihaknya telah setuju untuk melakukan usaha terbaik dalam mengirimkan vaksin yang telah dipesan Uni Eropa, namun perusahaan tidak terikat secara kontrak dengan jadwalnya.

Soriot mengatakan, AstraZeneca masih akan mengirimkan jutaan vaksin Covid-19 ke negara-negara Uni Eropa pada Februari dan Maret mendatang.

“Kami juga memiliki isu seperti ini untuk pasokan Inggris. Tapi Inggris telah menandatangani kontrak tiga bulan sebelum kontrak dengan Uni Eropa. Jadi, dengan Inggris kami memiliki waktu ekstra tiga bulan untuk memperbaiki hambatan yang kami miliki,”kata Soriot dalam sebuah pernyataan di sebuah media Italia, Ia Repubblica, Selasa (26/01).

Ia juga menyoroti perbedaan krusial soal perjanjian perusahaannya dengan Inggris dan Uni Eropa. “Kontrak dengan Inggris telah disepakati lebih dulu dibanding dengan Uni Eropa. Pastinya Inggris akan kami pasok lebih dulu,”tukasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

8  +  1  =