Channel9.id-Jakarta. Produk olahan kayu putih seperti kalung eucalyptus buatan Kementerian Pertanian (Kementan) tak bisa mencegah dan mengatasi COVID-19. Demikian tegas Dicky Budiman, epidemiolog dari Universitas Griffith Australia.
“Tidak disarankan dalam tujuan terapi (COVID-19). Tapi jika ada potensi untuk mengurangi gejala gangguan nafas ringan, tak jadi masalah digunakan. Dengan catatan, gangguan nafas ringan di bagian atas,” sambung Dicky, Kamis (6/5).
Ia mengatakan, anggapan bahwa eucalyptus bisa mencegah dan mengatasi virus SARS-CoV-2 adalah hal yang salah. Pasalnya, hingga kini sejumlah hasil penelitian tak menyarankannya untuk terapi.
Di lain sisi, Dicky meminta masyarakat untuk berhati-hati menggunakan cairan eucalyptus untuk dikonsumsi, seperti cairan diminum langsung atau dicampurkan dengan air. Pasalnya, berdasarkan riset terhadap pasien dengan komorbid, mengonsumsinya bersamaan dengan obat kemungkinan menimbulkan reaksi.
Ia menilai sejauh ini penggunaan eucalyptus bisa untuk vaporitation, seperti digunakan pada air panas di baskom dikasih cairan ini untuk membantu melegakan nafas. “(Cara ini) Dalam jurnal dianjurkan, tapi untuk gangguan pernapasan yang sangat ringan seperti flu. Itu pun tak boleh digunakan lebih dari 15 menit,” sambung Dicky.
Diketahui, pada Rabu (5/5) lalu, Kepala Badan Litbang Pertanian Kementan Fadjry Djufry mengatakan pihaknya masih terus menyempurnakan penelitian terkait eucalyptus untuk mencegah dan mengatasi COVID-19. Untuk mewujudkanya, Balitbang Kementan akan berkoordinasi langsung dengan Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Hasanuddin (Unhas).
Jauh sebelum itu, sejak Mei 2020, produk Balitbang yang terdiri dari roll, inhaler, dan kalung eucalyptus anti-COVID-19 itu ramai dibicarakan. Kehebohan ini terjadi setelah Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengklaim bahwa produk berbahan eucalyptus bisa membasmi virus Corona.
(LH)