Sebelumnya, Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli memaparkan alasan ekonomi Indonesia sulit tembus 7 persen. Dia mengatakan kebijakan ekonomi pemerintah saat ini ketat.
“Kebijakannya ini base on osterity, pengetatan. Budget dipotong terus. Diuber pajak tapi cara ubernya tidak canggih, akibatnya ekonomi yang ada melambat,” katanya pada Jumat 9 November 2018.
Penasihat ekonomi pasangan calon Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Sandiaga Uno ini mencontohkan negara Eropa yang bisa membuat stimulus supaya ekonomi tidak anjlok. Sementara kebijakan yang diterapkan pemerintah saat ini belum pas.
“Negara lain kalau ekonomi melambat misal Eropa, dia ciptakan stimulus supaya ekonominya pulih lebih cepat. Stimulus seperti apa? macam-macam seperti kemudahan apa,” ujar Rizal.
Untuk diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III 2018 sebesar 5,17 persen. Angka ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan periode sama tahun lalu yang hanya 5,06 persen.
“Pertumbuhan ekonomi ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan kuartal III 2017 sebesar 5,06 persen,” ujar Kepala BPS Suhariyanto.
Suhariyanto menjelaskan meski lebih tinggi jika dibandingkan periode sama 2017, angka ini lebih rendah jika dibandingkan pertumbuhan ekonomi kuartal II 2018 yang tercatat 5,27 persen.
“Kita masih punya satu triwulan lagi hingga akhir tahun. Kalau itu bagus kami harap pertumbuhan ekonomi secara tahunan bagus,” tandasnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Ekonomi Indonesia diperkirakan masih dapat catatkan pertumbuhan baik pada 2018. Adanya momen pemilihan kepala daerah (Pilkada) diharapkan dapat dongkrak konsumsi masyarakat Indonesia sehingga berdampak ke pertumbuhan ekonomi.