Channel9.id-Jakarta. Bank Indonesia (BI) memperkirakan pada bulan Agustus 2019 terjadi inflasi sebesar 0,15 persen (month to month/mtm). Hal tersebut berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan BI.
“Berdasarkan pemantauan sampai dengan minggu keempat, inflasi Agustus 0,15 persen dan secara tahunan 3,74 persen yoy (year on year),” ujar Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo di Kantor Pusat BI, Jakarta, Jumat (30/8).
Bila dibandingkan dengan tren realisasi pada bulan Agustus yang mengalami deflasi, maka angka itu memburuk. Pada Agustus 2018 terjadi deflasi sebesar 0,05 mtm dan Agustus 2017 deflasi sebesar 0,07 persen mtm.
Perry menjelaskan, inflasi pada Agustus tahun ini masih disumbang oleh komoditas cabai merah sebesar 0,11 persen, emas perhiasan sebesar 0,08 persen, dan cabai rawit inflasinya 0,05 persen.
“Memang beberapa minggu sebelumnya yaitu cabai dan emas,” katanya.
Di sisi lain, ada komoditas yang mengalami deflasi, seperti tarif angkutan udara sebesar 0,09 persen, bawang merah 0,07 persen, dan daging ayam ras 0,02 persen. “Juga beberapa komoditas sayuran alami deflasi,” katanya.
Terkait cabai, lanjut Perry, sudah mulai mengalami penurunan harga, meski tetap bertengger di nilai yang tinggi. Dengan demikian, cabai masih menjadi penyumbang utama dari inflasi tahun ini.
Menurutnya, inflasi cabai terjadi karena kondisi cuaca, sehingga beberapa produksi di sejumlah daerah terganggu. Sementara karena permintaan nasional cukup tinggi, meski produksi cabai di Jawa cukup banyak, namun belum bisa memenuhi kebutuhan.
“Tapi kami melihat ini bersifat temporer, mudah-mudahan beberapa bulan ini sudah mulai masuk panen cabai. Karena akhir tahun ini kami masih meyakini inflasi akan di bawah 3,5 persen,” tuturnya.