Channel9.id-Jakarta. Gempa yang mengguncang Turkiye dan Suriah pada 6 Februari 2023, mengundang masyarakat internasional untuk membantu para korban, termasuk Indonesia.
Presiden Jokowi telah memerintahkan mengirim Tim Emergency Medical Team (EMT), Tim Middle Urban Search and Rescue (MUSAR), dan dukungan logistik peralatan dan kebutuhan dasar masyarakat pasca bencana.
KBRI Ankara telah memberi bantuan awal berupa bahan makanan melalui Bulan Sabit Merah Turki. Sementara itu, PMI memberi bantuan dalam bentuk uang tunai sejumlah 100 ribu dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp 1,5 miliar rupiah.
Baca juga: Solidaritas Korban Gempa di Turki dan Suriah, Indonesia Kirim 62 Dokter dan Obat-Obatan
Terkait hal itu, Dewan Pakar BPIP Bidang Strategi Hubungan Luar Negeri Darmansjah Djumala mengatakan, ada tiga hal penting yang perlu digaris-bawahi. Pertama, bantuan itu adalah diplomasi kemanusiaan, yang dijiwai oleh oleh nilai-nilai Pancasila, sila ke-2 Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.
“Indonesia sebagai anggota masyarakat internasioal tak lepas dari tanggung jawab kemanusiaan di tataran global. Seperti kata Bung Karno, kita harus punya jiwa Nasionalisme, tapi Nasionalisme Indonesia harus bersemi di taman sari Internasionalisme,”ujarnya, Sabtu (11/2/2023).
Kedua, hal lain yang perlu diperhatikan adalah fakta bahwa bantuan ke Suriah tidak selancar bantuan untuk Turkiye. Hal itu tak lain disebabkan oleh ketidak-stabilan politik di dalam negeri Suriah sendiri.
“Di sinilah mestinya bangsa Indonesia memetik pelajaran, perang dan keterbelahan sosial-politik, pada akhirnya justru akan menyesengsarakan rakyat tak berdosa,”katanya.
Ketiga, bantuan untuk Turkiye lebih banyak daripada Suriah dibanding Suriah yang cukup lama dilanda konflik,
“Turkiye lebih stabil sehingga mampu berkiprah dalam kemaslahatan bersama di kawasan maupun global,”ucap Djumala.
“Kiprah politik luar negerinya yang banyak sahabat, baik lintas kawasan maupun lintas ideologi, telah menempatkan Turkiye pada “global political mainstream”, tandasnya.