Romo
Nasional

BPIP: Radikal Tak Salah, Tapi Tidak Boleh Manipulasi Agama untuk Politik

Channel9.id-Jakarta. Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi (BPIP) Antonius Benny Susetyo mengatakan, bahwa bersikap radikal dalam menghayati agama tidak salah, yang tidak dibenarkan adalah manipulasi agama untuk kepentingan politik.

“Menjadi orang radikal dalam menghayati agama tidaklah salah. Yang menjadi persoalan adalah memanipulasi agama untuk merebut kekuasaan politik  dengan  kekerasan dan memaksa orang lain,” tegas pria yang akrab disapa Romo Benny itu dalam webinar bertajuk “Gerakan Radikal dan Krisis Identitas ditengah-tengah Masyarakat Indonesia, Kamis (10/09).

Selain itu, Romo Benny menjelaskan bahwa penguatan Ideologi sangatlah penting dan menjadi praksis bagi masyarakat.

“Pancasila menjadi rasa kemanusiaan dan rasa kerakyatan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” tambahnya.

Baca juga: Menko PMK: Pendidikan Bela Negara Penting untuk Melawan Radikalisme

Menurutnya, radikalisme yang terjadi adalah kultur dari kematian yang membajak keyakinan suci guna melegalkan ideologi kematian.

“Radikalisme  yang terjadi adalah kultur kematian, karena ideologi kematian yang merusak keadaban kemanusian dan menghancurkan wajah Tuhan,” kata Romo Benny.

Ia menambahkan, pemerintah dan masyarakat harus mampu mengambil ruang publik agar konten positif lebih dominan dikonsumsi oleh masyarakat.

Sementara itu, Koordinator Kerapatan Indonesia Tanah Air (KITA), Maman Imanul Haq mengatakan bahwa pelaku radikalisme biasanya tidak mendapatkan pemahaman secara utuh hanya berpatokan kepada satu atau dua ayat atau hadis.

“Orang-orang  radikalisme hanya punya satu atau dua ayat atau dalil tanpa mau menerima dalil lain,” jelasnya.

Solusinya, kata Maman, harus membuat media literasi baik pesantren maupun gereja. Selain itu, ciri lain dari para pelaku radikalisme adalah anti dialog dan playing victim.

“Mereka juga anti dialog.  Melahirkan kelompok licik, playing victim. Akan tetapi semua yang dikatakan tidak benar,” jelas Maman.

Oleh karena itu, Maman menambahkan perlunya diajak  lebih banyak dialog dalam membentuk kesepakatan bersama.

“Sosialisasi Pancasila juga tidak boleh secara doktrinisasi,” ucapnya.

Guru Besar UIN, Syahrin Harahap menjelaskan hal senada bahwa radikalisme dalam pengertian yang sejati dimiliki oleh semua agama dan ideologi.

“Jati diri digali hal yang paling radikal di indonesia semua agama mengandung nilai universal yang diakui dan dijunjung tinggi oleh seluruh umat manusia. Cara pemahaman kita tehadap Pancasila harus juga dirujuk pada nilai universal,” jelas Syahrin.

IG

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

8  +  2  =