Opini

BUNG KARNO DAN PREDIKSI KEJAYAAN TIONGKOK

Edy Budiyarso

Dinginnya udara musim gugur di Beijing di tahun 1956,seakan lenyap dengan senyum sumringah bertemunya dua sahabat lama

Soekarno, Presiden Republik Indonesia memeluk hangat, Presiden China, Mao Tse-tung, pada 30 September 1956.  Ketua Mao dan Bung Karno, seperti kawan lama saja, padahal hari itu mereka baru bertemu.  Kesamaan ide dalam perjuangan anti kolonialisme, perasaan senasib memerdekaan bangsanya dari penjajahan bangsa asing menjadi tali pengikat persaudaraan yang erat.

Kehangatan Ketua Mao, tidak sendiri.  Sepanjang jalan yang dilewati rombongan Presiden Soekarno dan Ketua Mao, ribuan orang berkerumun dan bersorak serta tepuk tangan yang menakjubkan.   Lebih dari 300.000 orang Cina berbaris di sepanjang jalan dari bandara ke pusat kota yang dilalui mobil rombongan dua pemimpin ini.

Menurut asisten pribadi Soekarno, “Itu adalah karpet merah manusia dengan denyutan manusia yang menelan Soekarno pada saat kedatangannya, dipimpin langsung oleh Ketua Mao Tse-tung. Karpet manusia ini berteriak dan bersorak ‘Hidup Bung Karno’ (Long Live Bung Karno).” Menteri Luar Negeri, Roeslan Abdulgani juga sama terkesan dengan resepsi tersebut, “yang begitu penuh warna itu seakan mencerminkan kemuliaan dan ribuan tahun sejarah dan kebudayaan lama Cina-Indonesia yang sudah saling bertaut”.

Penerimaan yang megah dan warna-warni kunjungan Presiden Soekarno ke Cina, tidak pernah ia dapatkan sebelumnya dari serangkaian perjalanan diplomatiknya ke Amerika, Eropa.  Soekarno memuji sambutan itu dengan menyebut “The most distinguished visitor and a staunch champion of anti-colonialism”. Sementara, Pemerintah Cina memuji kunjungannya sebagai peristiwa paling penting dalam hubungan Sino-Indonesia.

Dalam suasana ramah, Sukarno mengelilingi Cina selama 17 hari dan mengunjungi kota-kota Peking, Shengyang, Anshan, Changchun, Luda, Nanjing, Shanghai, Hangzhou, Wuhan, Guangzhou, dan Kunming.  Pentingnya kunjungan Presiden Soekarno ke Cina itu cukup tercermin dalam semangat dari penyambutan yang diberikan oleh rakyat Cina kepadanya. Kemana pun ia pergi, ia disambut oleh kerumunan massa besar, yang menyoraki dia dengan tepuk tangan hingga memekakan telinga.

Soekarno menunjukkan ketertarikannya yang besar kepada RRC, apalagi delegasi sengaja disuguhi oleh tuan rumahnya contoh model kemajuan Cina dalam bidang sosial dan ekonomi. Presiden kagum dengan kemajuan ekonomi yang luar biasa di Cina, kepemimpinan yang kuat, stabilitas politik dan mobilisasi massa dari orang-orang yang memiliki semangat tinggi.

Apalagi tuan rumah sedang membangun proyek-proyek besar Cina yang sedang berjalan, seperti Jembatan Sungai Yangtze.  RRC saat itu sedang memasuki era “dengan masa depan yang cerah”, Sukarno mengatakan bahwa prestasi baru di bidang ekonomi akan mengikuti “prestasi luar biasa yang ada”. Laporan kepada Parlemen Indonesia melalui Menteri Luar Negeri Roeslan Abdulgani, yang dapat diartikan sebagai indikasi daya tarik Sukarno dengan kemajuan China, ia menyatakan bahwa para delegasi tertarik dengan tayangan konkret yang ditunjukan Cina, “Republik Rakyat Cina sekarang mengejar Barat dalam bidang produksi dan industri “.

Kunjungan itu ibarat rehat di antara kepenatan di dalam negeri, di mana pada periode itu situasi politik sedang tidak berdamai.  Konflik di beberapa daerah terjadi, Kabinet Parlementer tidak membuahkan stabilitas politik yang penting bagi kemajuan ekonomi.  Kepemimpinan yang pendek, dalam sistem demokrasi multi partai.

Kini Cina menjadi salah satu super power dunia.  Amerika pun merasa perlu berperang dagang dengan Tiongkok ini, ancaman defisit perdagangan yang terus menerus dengan negeri tirai bambu membuat Presiden Donald Trump bersengketa dengan Beijing. Di luar itu semua, perlu dipetik dari sikap politik Bung Karno yang lebih mementingkan kepentingan nasional di atas kekaguman kepada bangsa-bangsa lain, dan kini mampukah Indonesia mengambil keuntungan nasional dalam perang dagang ini.

Edy

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

3  +  5  =